Google

Monday, December 29, 2008

Wahai .. Para Raja, Presiden, dan Pemimpin Arab!

Di mana hati nuramimu?

Ketika engkau melihat umat Islam di Gaza sudah bergelentangan, bertahun-tahun menderita, akibat kerakusan Israel. Engkau tetap menutup pintu perbatasanmu. Tak mau berbelas kasihan terhadap saudaramu. Meskipun, sudah banyak diantara mereka yang mati, akibat sakit dan kelaparan. Bahkan, ketika mereka kelaparan dan mencuba masuk ke wilayah perbatasanmu, engkau usir. Engkau menjadi seakan orang-orang yang sudah kehilangan hati nurani dan kecintaan terhadap saudaramu, yang malang muslim Palestin. Engkau lebih mementingkan memelihara hubungan dengan Israel, Amerika, danEropah, dibandingkan dengan menyelamatkan saudaramu sesama muslim.

Engkau menyaksikan dengan mata telanjang, ketika pesawat F.16 dan Apache, Israel, menyerang kota-kota Gaza. Engkau melihat bangunan-bangunan luluh-lantak, mayat-mayat berserakan, bagaikan sampah dan ada di mana-mana, dan darah mengalir dari setiap tubuh mayat, serta menjadi pemandangan di sudut-sudut kota Gaza, masihkah hati nuranimu tak juga tersentuh? Engkau melihat ratusan muslim Palestina, yang mengerang kesakitan dengan luka-luka di tubuh mereka, dan masihkah engkau berdiam diri? Mengapa wahai Presiden Hosni Mubarak, engkau bertemu dan berjabat tangan Menteri Luar Negeri Israel, Tzipi Livni, sehari sebelum rejim Zionis-Israel melumatkan kota Gaza?

Engkau menyaksikan setiap hari peristiwa kematian yang dialami muslim Palestin. Engkau setiap hari melihat muslim Palestin yang tak berdaya, dan dihancurkan kehidupan mereka oleh rejim Zionis-Israel. Tapi, engkau malah berkomplot dengan kaum laknat itu, ikut menghancurkan muslim Palestin. Engkau melihat bangunan-bangunan, rumah-rumah, sarana-sarana hidup, dan tanah ladang, kebun, ikut dihancurkan para penjajah, yang biadab, tapi engakau malah tertawa-tawa, sambil menerima utusan pemerintahan rejim Zionis-israel, dan berunding. Engkau melihat kekejaman-kekejaman yang diluar batas perikemanusiaan, dan yang tak pernah dapat tertanggungkan oleh manusia, dan dialami oleh muslim Palestina, yang dilakukan rejim Zionis-Israel, tapi engkau malah membuat perjanjian rahsia dengan musuh kemanusia itu? Di mana hati nuranimu?

Wahai Para Raja , Presiden, Pemimpin Arab!

Kematian akan datang. Kematian akan dialami oleh muslim Palestin, di Gaza. Mereka semuanya akan menyongsong kematian,yang paling terhormat. Mereka akan menghadapi mesin perang rejim Zionis-Israel dengan gagah. Mereka tak akan mundur. Mereka akan menghadapi dengan teguh. Mesin perang yang sudah meluluh-lantakkan kota Gaza itu, pasti akan mereka hadapi. Apa ertinya kehidupan dan kemuliaan, bila harus dibawah kekuasaan dan penjajahan Israel? Mereka lebih mencintai kematian, dan tak akan berdamai dengan para musuh Allah Azza Wa Jalla, iaitu Zionis-Israel.

Apa ertinya kekuasaan dan kekuatan yang engkau miliki? Bila kekuasaan dan kekuatan itu tak dapat menghapus kemungkaran dan kezaliman? Apa ertinya kekuasaan dan kekuatan yang engkau miliki bila tak mampu menghapus kejahatan yang dilakukan oleh rejim Zionis-Israel. Lebih mulia, mereka yang sudah mati – mati syahid melawan penjajah, dibandingkan dengan kekuasaan dan kekuatan yang engkau miliki, tapi tak mampu membebaskan saudaramu muslim di Gaza.

Selamat berjuang saudaraku muslim di Gaza, jangan mengharapkan pertolongan dari manapun, kecuali dari Allah Rabul Aziz. Semoga engkau mendapatkan kemuliaan dari Allah Azza Wa Jalla.

http://eramuslim.com/

Thursday, December 11, 2008

Da'ie Juga Manusia

Ramai para da'ie akan melalui fasa seperti ini. Merasa bimbang diri akan terjatuh ke lembah kemunafikan. Setelah penat lelah berdakwah, timbul penyesalan pada diri, "Aku tak layak berdakwah!". Alasan seperti ini sudah tentu banyak yang kita dengan dari yang futur. Justru dengan mereka menghindar dari dakwah, keadaan diri mereka lebih parah. Jauh lebih tidak layak bergelar muslim sejati.

Hanzalah bin Ar-Rabi' seorang sabahat Rasulullah yang tidak pernah surut semangat jihadnya juga tidak terlepas perasaan seperti itu. Sebagai manusia biasa, Hanzalah bisa merasakan lelah dalam beramal dan terbuai-buai dengan "urusan-urusan" dunia.

Disebut dalam satu riwayat, dia berkata, "Suatu saat, Abu Bakar ra menemui saya dan menyapa, "Apa khabar, wahai Hanzalah? Saya jawab, "Hanzalah telah menjadi munafik." Dia berkata, "Subhanallah! Apa yang kamu katakan?" Saya jawab, "Bagaimana saya tidak munafik. Jika saya hadir di samping Rasulullah beliau mengingatkan saya dengan syurga dan neraka, saya melihat seolah-olah syurga di depan mata. Tapi, bila pulang ke rumah bertemu anak isteri semuanya dilupakan dan saya tenggelam dalam urusan dunia." Abu Bakar berkata, "Demi Allah, saya juga seperti itu, wahai Hanzalah." Maka kami menghadap Rasulullah.

Saya berkata, "Wahai Rasulullah, Hanzalah telah menjadi munafik." Beliau bertanya, "Ada apa wahai Hanzalah?" Saya berkata, "Wahai Rasulullah, apabila kami hadir di majlis-majlismu dan engkau mengingatkan kami dengan syurga dan neraka, kami melihat seolah-olah syurga berada di depan mata. Tapi kalau sudah pulah ke rumah bertemu dengan anak dan isteri, semuanya dilupakan dan kami tenggelam dalam keasyikan urusan dunia."

Rasulullah saw pun berkata,
"Demi Allah yang diriku berada dalam genggamanNya, seandainya kami selalu dalam kondisi seperti ketika kami di sisiku dan selalu ingat, (akan akhirat dan ketaatan kepada Allah), tenti para malaikat akan selalu menyertai kami di tempat tidurmu maupun di jalan-jalan. Tetapi sewaktu-waktu, wahai Hanzalah, sewaktu-waktu." Rasulullah saw mengulangi kalimah "sewaktu-waktu" sebanyak tiga kali. (hr Muslim)

Maksud Rasulullah, ada saatnya kita berada dalam ingatan akan akhirat dan ketaatan kepada Allah, tetapi pada waktu lain juga bisa tenggelam dalam kesibukan dunia, harta dan keluarga, sehingga kehidupan akhirat seolah-olah dilupakan. Itu adalah hal yang manusiawi. Tetapi tidak sebagai alasan untuk menjadi talam dua muka. Ketika di kampus rajin solat berjamaah tetapi di rumah asyik di depan tv lalu dengan senang hati berkata aku ini manusia, apa boleh buat.

"Setiap amal ada masa semangatnya, dan setiap semangat ada masa lelahnya. Barangsiapa yang lelahnya dalam sunnahku (tidak bermaksiat), maka dia memperoleh petunjuk. Dan barangsiapa yang lelahnya di luar itu maka dia telah tersesar." (hr al-Bazzar dari Ibnu Abbas)

Wednesday, December 10, 2008

Menjadi Soleh dengan Berdakwah

Menjadi soleh adalah satu kemestian bagi setiap Muslim kerana ianya isi al-Quran itu sendiri. Jika tidak mengamalkan al-Quran, apalagi nilai seorang muslim? Lebih-lebih lagi yang mengaku da'ie. Jika da'ienya tidak soleh, bagaimana bisa dibayangkan satu masyarakat akan menjadi baik? Mustahil. Faqidu syai'in la yu'thi kan? Tetapi, untuk menjadi soleh bukan hal yang mudah. Termasuk bagi yang dikenal sebagai da'ie.

Saya bertemu seorang ikhwah yang dah lama tak muncul. Saya tanyakan, "Mengapa?" Jawabnya, "Saya tak sangguh menjadi da'ie. Bagaimana saya mengajak masyarakat, sementara saya sendiri jauh dari nilai yang saya serukan?" Ingatkah akan firman Allah, "Wahai orang-orang yang beriman, mengapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amar besar kebencian di sisi Allah bahawa kamu mengatakan yang tidak kamu kerjakan," (61:2-3)

Apalagi jika kita renungkan firman Allah swt, "Dan diantara manusia itu ada yang mengatakan, 'Kami beriman kepada Allah dan hari Akhirat,' padahal sesungguhnya mereka itu bukanlah orang-orang yang beriman." (2:8)

Ayat ini berbicara tentang orang munafik yang suka mengatakan kebaikan tetapi hati mereka mengingkarinya. Dalam hal ini ibnu Kathir menjelaskan, kemunafikan ada dua jenis: pertama, nifaq i'tiqadi (munafiq sejati). Para ulama' sepakat, mereka ini kafir dan kekal di dalam neraka. Kedua, nifaq 'amali. Ini termasuk dosa-dosa yang sangat besar. Juga masuk neraka, tetapi tidak kekal kerana masih muslim.

Itu bererti mereka yang suka mengatakan, terlebih mengajak pada kebaikan tetapi sendiri tidak melaksanakannya, termasuk dalam ketegori munafik yang kedua. Na'uzubillah. Tentu, tidak ada seorang pun yang punya hati ingin jadi munafik. Maka, "Lebih baik tidak berdakwah daripada jatuh ke dalam kemunafikan," ulah yang biasa dijadikan alasan futur dalam dakwah.

Saya memahami 100% perasaan seperti itu. Jujur saja, fikiran seperti ini pernah hinggap di benak saya. Alhamdulillah, Allah melindungi saya dari terus dihantui. Saya memahaminya sebagai penyakit mental yang dimasukkan syaitan dalam jiwa para da'ie yang ikhlas berdakwah di jalan Allah. Syaitan memang tidak ingin dakwah dan tarbiyah berkembang dan berkibar di muka bumi. Maka, dicampakkanlah ke dalam hati para da'ie sikap ragu-ragu.

Human Basic Need

Dakwah adalah keperluan manusia secara universal. Ertinya, setiap manusia, di mana pun ia berada, tidak akan pernah bisa hidup dengan baik tanpa dakwah. Dakwahlah yang akan menuntun manusia pada kebaikan. Maka, jangan pernah terfikir untuk menjauh dari dakwah dengan alasan apa pun. Semakin kita merasa berat meniti jalan Islam, semakin besar pula keperluan kita terhadap dakwah.

Rasa Tanggungjawab

Satu kenyataan yang harus kita sedar, jika dengan mengajar kita akan bisa optimum dalam belajar, maka dengan dakwah kita akan lebih optimum menjadi baik. Mengapa? Ini menyangkut rasa tanggungjawab sosial kita. Ertinya, jika kita mengajak orang lain kepada kebaikan, pada masa yang sama juga kita mengajak diri sendiri. Fitrah kemanusiaan akan menggerakkan kaki kita. Ianya 'common sense' untuk merasa malu jika kita mengatakan apa yang tidak kita kerjakan.

Jangan risau, rasa tanggungjawab akan tumbuh dan berkembang seiring proses kedewasaan kita. Dalam hal ini, jika kita aktif berdakwah maka rasa tanggungjawab itu akan tumbuh dengan sangat kuat dalam diri kita untuk menyesuaikan antara apa yang akan kita lakukan dengan aya yang kita katakan.

Lingkungan Sosial Dakwah

Dengan berdakwah, seorang da'ie akan selalu berada dalam lingkungan sosial dakwah. Sebahagian ahli sosiologi berpendapat, lingkungan sosial memberi pengaruh lebih dominan bagi seseorang berbanding fakto-faktor lain.

Ketika berdakwah, sebenarnya kita sedang membina keadaan yang kondusif untuk kita menjadi baik. Di sana kita akan mendapat tempat istimewa di mata masyarakat. Mereka memandang kita sebagai teladan. Mahu tidak mahu, dipaksa oleh keadaan untuk menjadi contoh. Kerana menjadi contoh, kita akan bersikap sangat hati-hati. Jangankan berbuat maksiat, bahkan ketawa pun akan berhati-hati.

Dengan demikian, seorang da'ie berpeluang menjadi da'ie tiga kali ganda daripada yang bukan da'ie. Itu kerana ketika mengingatkan orang lain untuk istiqamah dalam kebaikan, sesungguhnya, pada saat yang sama mengingatkan diri sendiri. Kan kalau jari telunjuk dituding ke depan, pada masa sama tiga jari lain menunjuk diri kita sendiri? Lebih kurang lah gamabarannya.

Maka, adalah sangat keliru jika kerana takut dimurkai Allah kerana mengatakan apa yang tidak kita kerjakan, lalu kita tinggalkan dakwah. Justru dengan rasa takut dimurkai Allah kalau mengatakan apa yang tidak kita lakukan itu memacu kita lebih cepat lagi dalam memproses diri untuk menjadi lebih baik dan terus semakin baik.

Itu bererti kita harus lebih kencang dalam dakwah dan tarbiah!!!

Sunday, December 07, 2008

Kegagalan Tarbiyyah

Kegagalan tarbiyah bisa terjadi ketika proses tarbiyah sedang berjalan, tetapi juga bisa terjadi di awal proses. Persimpangan persepsi tentang tarbiyah memberi kesan besar dalam membelokkan substansi tarbiyah sejak awal. Kita dapat menyimpulkan lima kesalahan persepsi tentang tarbiyah.

Pertama, tarbiyah dipandang semata-mata sebagai penyampaian bahan. Oleh sebab itu, yang dimaksudkan dengan sudah atau belum 'menyampaikan bahan' adalah sudah atau belum memperdengarkan atau menyajikan bahan tersebut kepada mad'u. Di sisi yang lain, mutarobbi merasa sudah mendapat bahan jika sudah pernah mendengar pengisian. Persepsi ini menyederhanakan tujuan tarbiyah sebagai pengawal dalam pembentukan fikrah dan harakah.

Kedua, persepsi bahawa murobbi adalah segalanya bagi mad'u adalah hal yang dianggap 'aib' bagi penganut 'mazhab' ini apabila mad'u memiliki kompetensi yang lebih baik daripada murobbi dalam beberapa bidang. Persepsi ini menyebabkan alternatif yang terjadi adalah pilihan buruk di antara hal-hal buruk berikut:

  1. Mad'u menjadi kerdil bagai katak di bawah tempurung.
  2. Mad'u memberontak dan sentiasa terjebak dalam ketidakpuasan.
  3. Mad'u berkembang sejajar dengan tarbiyahnya, tetapi memiliki batas yang jelas, iaitu setinggi kemampuan murobbinya dan mustahil melebihinya.
Ketiga, tarbiyah dianggap sebagai proses doktrin dan dominasi. Murobbi menerapkan persepsi keberhasilan tarbiyah adalah ketika mad'u memiliki 'kesetiaan', tsiqah dan menjadi pendukung murobbi.

Keempat, sistem dan metode tarbiyah dipersepsikan sebagai hal yang baku. Contohnya berdasarkan pendekatan waktu, berurutan, dan tidak bisa di bolak-balik. Pendekatan ini menyebabkan seseorang yang memiliki potensi yang lebih besar tidak dapat mengambil yang lebih besar. Metogologi one wat traffic, white board, dan teknikal lain dianggap sesuatu yang harus ada. Sedangkan seminar, diskusi, tayangan, dan teknologi penyampaian lainnya tidak digunakan kerana dianggap mengurangi 'nilai' tarbiyah. Akibat lainnya adalah bahan disampaikan tidak berdasarkan keperluan mad'u.

Kesalahan persepsi yang kelima adalah kecenderungan untuk melakukan 'cloning' murobbi atau fotokopi murobbi. Kecenderungan hobi, syu'ur, selera, kegemaran dan beberapa hal yang sebenarnya merupakan privacy murobbi tiba-tiba menjadi muwashofat dan ukuran keberhasilan tarbiyah

Saturday, December 06, 2008

Da'ie dan Movie?

Nak dijadikan cerita, ada seorang sahabat datang mengadu dimarahi teruk ayah gara-gara kerja men'delete' movie dan series ayahnya secara tidak sengaja. Banyak gigabyte juga yang hilang. 300GB komputer, penuh dengan movie, series, anime dan lain-lain. Belum ditambah lagi yang telah di'burn' ke dalam DVD yang bertimbun.

"Bodoh!! aku download berminggu-minggu!! Kurang ajar punya budak!! kata-kata pedas dari ayahnya yang keras kepala.

Perkara ini kelihatan wajar jika ayahnya hanya orang biasa yang tidak pernah ditarbiyyah ataupun yang telah islam sejak lahir tapi tidak komitted mengamalkan ajaran Islam sepenuhnya. Tetapi jangan terkejut jika saya katakan ayahnya merupakan mantan setiausaha agung sebuah jamaah islam.

Adakah kita merasa pelik? atau sikap kita biasa-biasa saja. Saya tertarik dengan status mantan setiausaha agung sebuah jamaah islam yang dimiliki ayahnya. Dah nama pun jemaah islam, mestilah mengaku dirinya berdakwah. Buat itu, buat ini yang saya percaya semuanya hanya lebih kepada kerja-kerja pengurusan. Sikap-sikap seperti ini kalau dianalisa pasti kita akan lihat satu kesamaan antara pelaku-pelakunya. Bagi saya, ayahnya itu tak ubah seperti Raja Namrud yang membakar Nabi Ibrahim kerana menghancurkan berhala-berhala milik Raja Namrud.

Fokus saya di sini adalah movie yang jelas-jelas haram, yang mempamerkan wanita-wanita yang tidak menutup aurat (ada ke movie barat yang wanita tutup aurat? yang tak tutup pun pakaian tidak sopan) lebih-lebih lagi yang menontonnya adalah seorang yang mengaku da'ie? Saya percaya ayahnya akan menonton secara istiqamah kerana size 300gb itu bukan sekejap untuk khatam.

Mari kita kaji perilaku ayah dia ini. Siapa yang pernah mengalami, tahu-tahu sendiri lah ya. Ayahnya dah tentu bekerja. Kebiasaannya jam 8 pagi hingga 5 petang. Ayahnya juga seorang manager. Selalu balik malam. Pada pendapat saya, dia tidak akan menonton berhala-berhala yang didownload di pejabat. Jadi, masanya di rumah pasti dia akan gunakan sebaiknya.

Bermula dari sampai di rumah, terus on computer, menonton berhala kesayangan sehingga larut malam sampaikan terpaksa menunda solat isya' ke saat-saat akhir dek kerana tertidur sewaktu menonton berhalanya. Secara tidak langsung, masanya ditiadakan untuk anak-anak. Dia tidak kisah akan anak-anak, lalu anak-anak tidak akan kisah akan bapanya.

Kenapa saya sebut berhala? Kerana berhala ini sesuatu yang kita sembah, yang amat kita cintai dan sedia mengorbankan segalanya kerana berhala ini. Jadi tidak salah jika saya sebut berhala, kerana dia sanggup mengorbankan pandangan orang lain terhadap dia, mengorbankan anak-anak, mengorbankan masa dan sebagainya.

Kalau yang tadi, bapaknya. Sekarang kita cermin diri sendiri, lihat di sekitar kita. Kita bisa lihat bagaimana menonton movie dan series ini seperti menjadi satu kebiasaan bagi kita. Dari yang aktif berdakwah sehingga la yang duduk termenung goyang kaki. Yang dah sibuk bertambah tiada masa, yang menang banyak senggang masa terus takda masa.

Saya tahu diluar sana masih ramai lagi para da'ie yang mengambil enteng akan hal ini. Ada yang nonton Naruto, Bleach, dan lain lagi. Sehingga tahu episod berikut bila bisa di download. Bisa cerita dari mula hingga episod semasa. Untuk berehat? Di manakah tahajud yang menjadi rehat dari dunia yang melelahkan? Apakah rehat seorang da'ie itu dengan memuskan hawa nafsu?

"Akhi, anta dah tengok Quantum of Solace?"

Wah, sekali imbas lunak dan sopan sungguh pertanyaannya. Tapi ramai juga da'ie-da'ie moden ini yang menjawab "masih belum". Apa ini?

Saya ingin berkongsi beberapa sebab yang menjadikan mereka ini tengok movie keluaran terbaru. "Nak catch up supaya tidak ketinggalan bersama mad'u". Waduh-waduh, dahlah murobbinya pun tengok movie berlumba pulak dengan mutarobbi. Nanti bolehlah ikhwah wujudkan satu pawagam untuk ikhwah akhwat (asing ye) sebab semua dah ditarbiyyah tengok movie. Apakah tidak cukup dengan hanya membaca preview atau story plot saja? atau kita lebih rela menghabiskan masa dan menggadaikan keimanan kita dengan melihat aurat wanita?

"Banyak pengajaran yang boleh diambil". Apa lagi yang kalian perlu selain Al-Quran dan Hadith? Sirah para sahabat? Bahan bacaan yang bermanfaat? Dokumentari yang ilmiah? Kenapa mesti movie tayangan perdana? atau movie top ten? Jauh di sudut hati "Rasa best bila tengok movie, enjoy, releks," rasa-rasa hawa nafsu.

Wahai para da'ie, ketahuilah akan bahaya ini dosa kecil ini. Ia seharusnya menjadi takutan umat yang mengaku da'ie ini melainkan jika dia hanya mengaku da'ie tapi tidak bekerja sebagai da'ie. Atau lebih dikenali sebagai da'ie olok-olok. Saya tidak tahu jika masih ada di antara kita yang terus beralasan untuk membenarkan perkara lagho dan bisa menambah dosa ini.

Bermula dengan melihat movie secara kecil-kecilan, bintik-bintik hitam akan mula menutupi hati sehingga membekas seperti marker permanent lalu cahaya ilahi akan sukar masuk ke dalamnya dan hasutan iblis mudah mendekati dan menempel.

Lalu timbul pula dosa-dosa lain yang lebih berat. Tinggal solat, mudah marah (orang yang pentingkan diri akan mudah marah, dan tanda orang yang pentingkan diri adalah orang yang suka mengikut hawa nafsu) dan seterusnya.

Wahai da'ie diluar sana!
Kalian kata kalian berdakwah. Tapi kalau perkara seperti ini tidak dapat kalian pelihara, lupakan saja medanmu kerana hati-hati kalian telah dikotori.

*Penonton movie yang saya gambarkan adalah yang menonton kebanyakan movie. Semua nak tengok. Saya juga menonton movie, Children of Heaven, Paradise Now dll yang boleh dikira dengan jari. Yang peliknya yang berjaya penuhkan hard-disc dengan movie dan series. Takkan simpan saja? mestilah tengok?

Wednesday, July 09, 2008

Pribadi Hebat Seorang Murobbi

Sosok itu begitu melekat dalam pikiran saya. Saya mengenalnya hampir 19 tahun. Semenjak saya lahir, sampai kemudian, ia meninggalkan dunia yang nista ini. Ustadz Rahmat, pernah menjadi guru di SMP saya, SMPIT Iqro'. Ia mengajar pelajaran tafsir qur'an. Dulu, pelajarannya bagi saya tidak terlalu menarik. Karena dulu waktu SMP, jamannya saya lebih suka mantengin mtv ketimbang belajar. Imbasnya, kelakuan saya nggak beda sama remaja kebanyakan. Hapalan qur'an selalu menjadi rutinitas yg ngebosenin. Sholat juga jadi hambar. Jilbab, nggak kepingin lebar-lebar. Rasanya, sedada juga udah katro (xtrendy) banget... Astaghfirullah...

Begitulah saya dulu.Ups, kenapa malah nginget2 seseuatu yg penginnya saya kubur dalam-dalam? (pengennya, ingatan saya yg SMP terhapus. Jadi ingatan saat SD langsung loncat ke SMU).Tiap pelajaran Ustadz Rahmat, saya ngerasa bosan. Walaupun terkadang ia menceritakan hal2 yg menarik...dan sekarang saya menyesal. Kenapa dulu, di sebuah kesempatan selama dua jam itu, saya tidak berusaha menggali ilmunya yg luas. Padahal, ia punya murid lain yg menanti taushiyahnya, yg tidak akan menyia-nyiakan satu patah katapun yang keluar dari mulutnya, sementara kamir12;atau saya, lebih banyak nguap di kelasnya.

Pernah, suatu ketika, Ustadz Rahmat marah karena tidak ada satu muridpun di kelas yang sudah menghapal surat Ali Imran ayat 103. Hanya satu ayat saja kami diminta menghapal. Tapi tak ada satupun, kecuali anaknya yg sekelas dengan kamir12;Thariq. Sebelum ia meluapkan kemarahannya, ia membuka dompet kulitnya warna cokelat. Mengambil selembar uang sepuluh ribu. "Saya tantang kalian. Saya akan berikan uang ini bagi siapa saja yg sudah hapal!"

Senyap. Tawaran naik. 20 ribu rupiah. Senyap pula.
Tambah naik. 50 ribu rupiah. Masih senyap! Bayangkan, Ustadz Rahmat akan memberikan uang 50 ribu rupiah untuk siapapun yg sudah menghapal surah Ali Imran ayat 103! Tidak semua ayat! Hanya ayat 103! Tapi tak ada yg bergeming! Betapa keterlaluannya kami!

Dengan lemas, dan muka memerah, ia memasukkan uang itu kembali ke dompetnya. Saya lihat, saat itu, wajah Thariq juga memerah. Apakah ayahnya tak pernah terlihat sekecewa ini di rumahnya, sehingga anaknya sendiri takut? Ataukah Thariq marah pada kami karena kami telah membuat marah ayahnya?

Ustadz Rahmat menyandarkan bahunya ke kursi. Saya tahu, ia tengah beristighfar. Dan perasaan bersalah menyusup ke dalam hati saya. Seberapa susah menghapal satu ayat saja? Kenapa saya lalai? Bukan uang 50 ribu yang saya sesali. Tapi saya menyesali diri saya yang bodoh dan malas. Penawaran Ustadz Rahmat hingga sebesar itu, seperti sebuah tamparan di wajah saya. Secara tidak langsung, Ustadz telah menegur saya;kami semua, betapa malasnya kami hingga perlu diberikan uang 50 ribu hanya untuk satu ayat! Di luar sana, muridnya yang lain tak perlu iming2 uang untuk menghapal qur'an! Murid-muridnya justru mengejar-ngejar dirinya untuk bertemu sebentar, menggali ilmu yg berharga darinya...

Tapi kami...dua jam bersamanya seminggu dua kali dengan kuapan rasa bosan... Tapi kami, yang orangtua kami adalah sahabat Ustadz Rahmat, tidak menghargainya sama sekali! Satu ayat dari mulut kami, akan dibeli oleh Ustadz! Bukankah itu tindakan yg kurangajar dari seorang murid?

Tak ada istilah murid kencing berdiri, guru kencing berlari untuk kami. Yang ada, kami kencing berlari, sementara guru kami, yg menjadi inspirasi bagi banyak orang itu, mengejar-ngejar kami agar tidak kencing sembarangan. Kami ibarat anak idiot berumur 14 tahun...Beberapa menit setelah keheningan menyelimuti kami, Ustadz Rahmat berdiri. Ia mengambil spidol, dan akan menuliskan sesuatu. Beberapa di antara kami bernapas lega.Dan ia, merupakan satu-satunya guru yg tidak dibayar di sini. Ustadz Rahmat melempar blackmarker itu ke meja. Ia tidak pernah melakukan ini sebelumnya. Ia begitu lembut, dan kali ini, karena kami, ia marah. "Tak sadarkah kalian, bahwa kalian adalah penerus Ummi dan Abi kalian?" hanya itu yang keluar dari mulutnya. Sebelum ia keluar ruangan, meninggalkan kami dalam lautan rasa bersalah yg selalu datang belakangan...

Thariq, di tempat duduknya, hanya merunduk. Mukanya memerah padam.

***

Kematian itu datang dalam diam. Bapa saya, saya memanggilnya Abi, belum pulang dari kantor. Saya tengah belajar soal-soal SPMB (exam nak masuk univesity) kt ruang kerja. Kemudian, handphone Ummi berdering. Ada telpon dari Abi. Ummi menerima telpon itu. Detik berikutnya, Ummi mengucapkan, "innalillahi..." dan ia menangis deras saat itu juga. Perasaan saya tidak enak. Kalau Ummi langsung menangis, berarti telah terjadi apa-apa pada orang yg begitu dekat dengannya. Saya dan adik-adik bertukar pandang. Apakah saudara kami terkena musibah?

Ummi menutup handphone. "Kenapa, Mi?" tanya kami semua hampir serempak. Sesenggukan, dan setelah beberapa saat, Ummi menjawab, "Abi-nya Isda..." Milla, adik saya yang nomor tiga, yang saat itu masih kelas 1 SMP (year 1), segera bereaksi. Isda adalah teman sekelasnya. Dan kami semua tahu, siapa Abi-nya Isda; Ustadz Rahmat Abdullah... Kami semua terdiam. Ingatan saya, ketika kami SMP, ketika kami membuat marah Ustadz Rahmat, kembali lagi...saat ini, di mana saya sudah mengenal makna tarbiyah, di mana saya sudah mengazzamkan dalam diri saya bahwa dakwah adalah jalan kami, penyesalan itu datang lebih berkali-kali lipat. Seperti ada bongkahan batu seberat 1 ton yang berusaha memuatkan dirinya ke bilik-bilik jantung saya. Begitu sesak...

Saya ikut menangis. Menangisi kepergian Ustadz Rahmat yang telah memberikan nama pada saya dan keempat adik sayar12;ketika kami semua lahirr12;dengan nama yang indah dan penuh do'a. Saya menangisi kelalaian saya untuk menghabiskan waktu bersamanya, belajar lebih dalam tentang Islam. Saya menangisinya karena kepergiannya, begitu cepat. Kenapa justru di saat saya sadar siapa Ustadz Rahmat sebenarnya. Kenapa justru di saat saya tahu, bahwa ialah yang telah menananm benih-benih azzam di hati para pejuang dakwah hingga dakwah maju seperti saat ini? Kenapa justru saya baru mempelajari profile-nya, bahwa ia, bahkan, SMA saja tidak lulus tapi mampu membeberkan hukum kekekalan massa dan mengaitkannya dengan ayat Qur'an di kelas kami dulu? Abi pulang tiga puluh menit kemudian setelah menelepon. Matanya memerah. Ia katakan, bahwa ia menangis sepanjang perjalanan. Lalu, kami semua menangis bersama di ruang tamu... Jam 9 malam, Abi pergi ke rumah Ustadz Rahmat. Hingga besok siang, ia di sana, berkumpul bersama teman-temannya, sesama murid Ustadz Rahmat. Saya memahami kedukaannya. Ia salah satu assabiqunal awwalun.

Ia diasuh langsung oleh Ustadz karena dulu mereka bertetangga. Dari awal mengenal tarbiyah lewat halaqah, Abi tidak pernah berganti murabbi. Ia merasakan asam-manisnya perjuangan dakwah. Merasakan pula bagaimana dulu harus sembunyi-sembunyi ketika liqo'. Murabbinya, hanya satu itu, Ustadz Rahmat. Dan kehilangannya, adalah duka yang lebih dalam seperti saat kehilangan Ayahnyar12;kakek saya.

Setelah ditinggal pergi Ustadz Madani, yg dulu sering meledek saya, dunia tarbiyah ditinggalkan oleh syekhnya, Ustadz Rahmat... Orang baik, selalu akan mati cepat... Tapi, saya yakin, kematian mereka, bukanlah untuk kita ratapi terus-menerus. Hendaknya, rasa kehilangan itu menjadi cambuk buat kita untuk meneruskan perjuangannya. Untuk membuktikan pada dunia, bahwa dakwah must go on, walaupun satu persatu pejuang dakwah telah berpulang ke kampung akhirat...

Hingga kini, saya masih ingat kata-kata Ustadz Rahmat. "Tak sadarkah kalian, bahwa kalian adalah penerus Ummi dan Abi kalian?" Pertanyaan itu bergaung dalam relung hati. Pertanyaan itu yang kemudian membawa saya meninggalkan masa SMP yang memalukan. Dan menyadari, bahwa saya, adalah anak yang mendapatkan hidayah secara 'instant'. Saya adalah anak yang telah tertarbiyah sejak keluar dari rahim Ummi. Pantaskah, saya menolak tongkat estafet yang telah disodorkan oleh orangtua yang hanif? Pantaskah saya menolak satu nikmat yang telah Allah berikan pada sayar12;berupa hidayah yg menyapa saya?

Rabbi...berikan guru kami tempat yang paling baik di sisiMu. Dan izinkanlah hamba, bertemu kembali dengannya, di syurgaMur12;walau mulut ini, rasanya tak pantas memohon itu karena dosa hamba yang berlimpah...

Jati Mekar sunyi, 20 April 2008.
Diiringi nasyid Izzis, Sang Murabbi.
Dan airmata berlinang-linang membasahi pipi.

Tuesday, June 24, 2008

Cinta Sahabat Kepada Rasul

“Tidak sempurna iman seorang di antara kamu sebelum ia lebih mencintai aku daripada mencintai ibu-bapaknya, anaknya, dan semua manusia” (HR Bukhari).

Semalam, sewaktu menghadiri halaqah, terlalu banyak cerita cinta yang dinukilkan sehingga bisa membuatku menangis. Mengenangkan kisah-kisah perngorbanan dan cinta para sahabat terhadap Rasulnya. Cinta yang tiada berbelah bagi, tiada sangsi. Cinta yang membuahkan kejayaan dan kekuatan.

Mereka meletakkan cinta Allah dan Rasulnya melebihi segalanya. Mereka telah membuktikan bahawa cinta itu lahir dari keimanannya yang sebenar benarnya. Di atas dasar iman, mereka sangat setia mendampingi beliau, baik dalam susah maupun senang, dalam damai maupun perang.

Kecintaan mereka itu bukan hanya di lidah, melainkan terwujud dengan perbuatan nyata. Betapa cinta sahabat kepada Rasulullah SAW, tergambar ketika Rasulullah SAW bersama Abubakar ash-Shiddiq beristirahat di Gua Tsur dalam perjalanan hijrah dari Makkah ke Madinah secara sembunyi-sembunyi. Kala itu Rasuklullah SAW tertidur berbantalkan paha Abubakar. Tiba-tiba Abubakar merasa kesakitan karena kakinya digigit kalajengking. Tapi, dia berusaha sekiat tenaga menahan sakit, hingga mencucurkan airmata, jangan sampai pahanya bergerak – khawatir Rasulullah SAW terbangun.

Salah seorang sahabat, Zaid bin Datsima, tak gentar menghadapi ancaman kaum kafir karena begitu luar biasa kecintaannya kepada Rasulullah SAW. Ketika itu, ia sempat disandera oleh kaum musyrik Makkah dan akan dibunuh. ”Hari ini, tidakkah engkau berharap Muhammad akan bersama dengan kita sehingga kami dapat memotong kepalanya, dan engkau dapat kembali kepada keluargamu?” kata Abu Sufyan kepadanya. “Demi Allah, aku tidak berharap sekarang ini Muhammad berada di sini, di mana satu duri pun dapat menyakitinya – jika hal itu menjadi syarat agar aku dapat kembali ke keluargaku,” jawab Zaid tegas. “Wah, aku belum pernah melihat seorang pun yang begitu sayang kepada orang lain seperti para sahabat Muhammad menyayangi Muhammad,” sahut Abu Sofyan. Kisah kecintaan sahabat kepada Rasulullah SAW banyak diungkapkan dalam sejarah.

Salah satunya ditunjukan oleh Umar bin Khatthab. ”Ya, Rasulullah. Aku mencintaimu lebih dari segalanya, kecuali jiwaku,” kata Umar. Mendengar itu, Rasulullah SAW menjawab, ”Tak seorang pun di antara kalian beriman, sampai aku lebih mereka cintai daripada jiwamu.” Hari Kiamat ”Demi Dzat yang menurunkan kitab suci Al-Quran kepadamu, aku mencintaimu melebihi kecintaanku kepada jiwaku sendiri,” sahut Umar spontan. Maka Rasulullah SAW pun menukas, ”Wahai Umar, kini kamu telah mendapatkan iman itu” (HR Bukhari).

Penhormatan dan pemuliaan terhadap Rasulullah SAW memang merupakan perintah Allah SWT. Firman Allah, “Sesungguhnya Kami mengutus engkau sebagai saksi, pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, supaya kamu sekalian beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, menguatkan-Nya, membesarkan-Nya, dan bertasbih kepada-Nya di waktu pagi dan petang (QS Al Fath : 8-9).

Sebuah ayat menekankan pentingnya kecintaan terhadap Allah SWT dan Rasulullah SAW, ”Katakanlah (wahai Muhammad), jika ayah-ayahmu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, isteri-isterimu, keluargamu, harta kekayaanmu, perdagangan yang kamu kekhawatirkan kerugiannya, dan rumah yang kamu senangi, lebih kalian cintai dari pada Allah dan Rasul-Nya, dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak akan memberi hidayah kepada orang-orang fasik” (QS At-Taubah: 24).

Kecintaan kaum muslimin kepada Rasulullah SAW juga merupakan faktor penting bagi keselamatannya di hari kiamat kelak. Hal itu terungkap ketika suatu hari seorang sahabat bertanya kepada rasulullah SAW, ”Kapankah datangnya hari kiamat?” Maka jawab Rasulullah SAW, ”Apa yang sudah engkau persiapkan untuk menghadapinya?” Jawab sahabat itu, “Saya tidak mempersiapkannya dengan banyak shalat, puasa, dan sedekah, tapi dengan mencintaimu dalam hati.” Lalu, sabda Rasulullah SAW, ”Insya Allah, engkau akan bersama orang yang engkau cintai itu.” Menurut Ibnu Mas’ud, Abu Musa al-Asy’ari, Shafwan, dan Abu Dzar, Rasulullah SAW telah bersabda mengenai seseorang yang dengan tulus mencintainya, ”Seseorang akan berada di Yaumil Mahsyar bersama orang yang dicintainya.” Mendengar itu, para sahabat sangat berbahagia karena mereka sangat mencintai beliau. Suatu hari seorang sahabat hadir dalam majelis Rasulullah SAW, lalu berkata, “Wahai Rasulullah, aku saya mencintaimu lebih dari mencintai nyawa, harta dan keluargaku. Jika berada di rumah, aku selalu memikirkanmu. Aku selalu tak bersabar untuk dapat berjumpa denganmu. Bagaimana jadinya jika aku tidak menjumpaimu lagi, karena engkau pasti akan wafat, demikian juga aku. Kemudian engkau akan mencapai derajat Anbiya, sedangkan aku tidak?” Mendengar itu Rasulullah terdiam. Tak lama kemudian datanglah Malaikat Jibril menyampaikan wahyu, ”Dan barang siapa menaati Allah dan Rasul-Nya, mereka akan bersama orang yang diberi nikmat oleh Allah, yaitu para nabi, shiddiqin, syuhada, dan shalihin. Mereka adalah sebaik-baik sahabat, dan itulah karunia Allah Yang Maha Mengetahui” (QS An-Nisa : 69-70).

Kecintaan para sahabat kepada Rasulullah SAW inilah pula yang menggerakkan mereka menyebarkan berdakwah ke seluruh penjuru dunia. Terduduk Lemas Kecintaan luar biasa kepada Rasulullah SAW itu tergambar pada diri seorang perempuan – beberapa saat usai Perang Uhud. Dia baru saja kehilangan ayah, kakak laki-laki dan suaminya yang gugur sebagai syuhada. Ia bukannya meratapi mereka, tapi menanyakan nasib rasulullah SAW, ”Apa yang terjadi pada diri Rasulullah, semoga Allah memberkati dan melimpahkan kedamaian kepadanya.” ”Nabi baik-baik saja sebagaimana engkau mengharapkannya,” jawab para sahabat. Lalu kata perempuan itu lagi, “Tunjukanlah dia kepadaku hingga aku dapat memandangnya.” Kemudian para sahabat menunjukan posisi Rasulullah SAW. “Sungguh, kini semua deritaku tak ada artinya. Sebab, engkau selamat,” kata perempuan itu kepada Rasulullah SAW. ”Mereka yang mencintaiku dengan sangat mendalam adalah orang-orang yang menjemputku. Sebagian dari mereka bersedia mengorbankan keluarga dan kekayaannya untuk berjumpa denganku,” sabda Rasulullah SAW sebagaimana diceritakan oleh Abu Hurairah (HR Muslim, Bukhari, Abu Dzar).

Setelah Rasulullah SAW wafat, kaum muslimin masih senantiasa mencintainya. Suatu malam, Khalifah Umar bin Khatthab melakukan inspeksi di seantero kota Makkah. Ketika itulah, demikian cerita Zayd ibn Aslam dalam sebuah riwayat, Umar menjumpai sebuah rumah bercahaya terang. Di dalamnya seorang perempuan tua mendendangkan sebuah syair yang mengharukan sambil menabuh rebana, hingga Umar terharu lalu terduduk lemas, menangis: Rasulullah, engkaulah yang setiap malam / senantiasa bangun beribadah / dan pada akhir malam menangis / Aku tak tahu dapatkah bertemu lagi dengan kekasihku / Rasulullah telah wafat / Aku tak tahu bisakah kita bertemu lagi Betapa kecintaan sahabat Bilal kepada Rasulullah SAW, terungkap menjelang ia meninggal. Bilal melarang isterinya bersedih hati, sebab, katanya, “Justeru ini adalah kesempatan yang menyenangkan, karena besok aku akan berjumpa dengan Rasulullah SAW dan para sahabatnya.” Wafatnya Rasulullah SAW merupakan kesedihan luar biasa bagi para sahabat dan pencintanya. Dikisahkan, ada seorang perempuan yang menangis di makam Rasulullah SAW sampai ia meninggal. Demikianlah gambaran betapa luar biasa kecintaan para sahabat kepada Rasulullah SAW.

Untuk mengungkapkan rasa cinta itu, sewajarnyalah jika kaum muslimin meneladani akhlaq beliau, menerapkan sunnahnya, mengikuti kata-kata dan seluruh perbuatannya, menaati perintah dan menjauhi larangannya. Itulah cinta sejati, sebagaimana perintah Allah SWT dalam surah Ali Imran ayat 31: “Katakanlah (wahai Muhammad), jika kalian mencintai Allah, maka ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu. Dan Allah Maha Pengampun dan Maha Penyayang.”

Monday, June 23, 2008

Ghurabaa'


Muhammad s.aw telah berkata: "Islam datang dalam keadaan asing. Ia akan kembali asing. Beruntunglah orang-orang yang asing"

Marilah sama2 kita hayati nasyid penuh semangat dan motivasi ini. Yang mampu mengingatkan kita pada janji Allah! Yang menjadi tunjang kekuatan perjuangan para syuhada terdahulu!

Lalu tanyakan diri kita. Apakah kita sanggup mati demi Kalimah yang Mulia ini seperti mereka?

Ghurabaa’ wa li ghairillaahi laa nahnil jibaa
Ghurabaa’ do not bow the foreheads to anyone besides Allah

Ghurabaa' war tadhainaa haa shi’aaran lil hayaa
Ghurabaa’ have chosen this to be the motto of life

Ghurabaa’ wa li ghairillaahi laa nahnil jibaa
Ghurabaa’ do not bow the foreheads to anyone besides Allah

Ghurabaa’ war tadhainaa haa shi’aaran lil hayaa
Ghurabaa’ have chosen this to be the motto of life

Inta sal ‘anna fa inna laa nubaali bit-tughaat
If you ask about us, then we do not care about the tyrants

Nahnu jundullaahi dawman darbunaa darbul-ubaa
We are the regular soldiers of Allah, our path is a reserved path

Inta sal ‘anna fa inna laa nubaali bit-tughaa
If you ask about us, then we do not care about the tyrants

Nahnu jundullaahi dawman darbunaa darbul-ubaa
We are the regular soldiers of Allah, our path is a reserved path

Lan nubaali bil quyuud, bal sanamdhii lil khulood
We never care about the chains, rather we’ll continue forever

Lan nubaali bil quyuud, bal sanamdhii lil khulood
We never care about the chains, rather we’ll continue forever

Fal nujaahid wa nunaadhil wa nuqaatil min jadeed
So let us make Jihad, and battle, and fight from the start

Ghurabaa’ hakazhal ahraaru fii dunya-al ‘abeed
Ghurabaa’ this is how they are free in the enslaved world

Fal nujaahid wa nunaadhil wa nuqaatil min jadeed
So let us make Jihad, and battle, and fight from the start

Ghurabaa’ hakazhal ahraaru fii dunya-al ‘abeed
Ghurabaa’ this is how they are free in the enslaved world

Kam tazhaakkarnaa zamaanan yawma kunna su’adaa`
How many times when we remembered a time when we were happy

Bi kitaabillaahi natloohu sabaahan wa masaa`
In the book of Allah, we recite in the morning and the evening

Kam tazhaakkarnaa zamaanan yawma kunna su’adaa`
How many times when we remembered a time when we were happy

Bi kitaabillaahi natloohu sabaahan wa masaa`
In the book of Allah, we recite in the morning and the evening


Saturday, June 21, 2008

Kesenjangan Masyarakat Dalam Mendirikan Solat


"Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat, mereka berdiri dengan malas; mereka bermaksud riya' di hadapan manusia dan tidak menyebut Allah kecuali sedikit" (4:142)

Solat ni dah jadi masalah besar umat Islam kini. Semakin dalam menyelidiki masyarakat yang mengaku Islam, semakin tinggi undi tak percaya pada apa yang dikatakan. Dosa meninggalkan solat ni saya dah lihat di merata-rata tempat.

Dua bulan lepas, saya menghadiri latihan jalan lasak Jabatan Pertahanan Awam 3 (jpa3) yang bermula dari kampung pasir, sampai ke air terjun tepi jalan ulu yam. Perjalanan mengambil masa 6 jam 30 minit dengan beberapa 'checkpoint' bermula jam 1 pagi. Sampai ke destinasi dalam 7.30 pagi.. Saya berada di dalam kumpulan yang terakhir dilepaskn. Bila sampai , saya tengok kawan2 yang dah tiba sedang tidur atas jalan.

Saya tanya seorang pegawai yang berkawal,

"Cik, nak solat subuh di mana?"
"Erm.. cuba kau tengok kat bawah tu ada sungai"

Saya pun pelik.. cuba tengok? Diorang ni masih tak solat lagi kah? Kemudian saya pun turun ke bawah dan ambil wudhu'. Belum pun selesai, turun seorang pegawai panggil saya naik, dah nak bertolak balik. Saya pun akur, nanti kena tinggal pula. Tiba di HQ jam 8.30 pagi. Saya terus ke surau, untuk solat subuh dan waktu tu saya berseorangan ke surau walaupun jumlah peserta tak kurang 60 orang. Bila ditanya kenapa tak solat, tak sempat dan dah habis waktu katanya.

Takkan 1/60 saja yang menjaga solat? Kalau dihitung waktu yang diperlukan untuk solat lima waktu, rasanya tak sampai 10%. Apakah masalahnya sehingga umat ini dilanda masalah sebegini? Perkara meninggalkan solat ni dah diketauhi umum, apatah lagi melalaikan solat?

Sudah tentu ini terkait dengan masalah aqidah. Keyakinan terhadap agama yang dianuti semakin kurang dan lenyap. Solat merupakan tiang agama. Tanpa tiang, maka robohlah sesuatu binaan. Kesan dari meninggalkan solat ini jelas dilihat pada individu. Bagi saya, orang yang meninggalkan solat, sudah menganggap bahawa agama adalah tidak penting dalam hidupnya.

Sebenarnya, jika seseorang "hidup" di atas hakikat solat dan mihrabnya, akan merasa manisnya iman dan lazatnya taat, sehingga tidak menganggap solat itu berat dan tidak malas mengerjakannya. Bahkan, ia rindu ingin segera mengerjakan solat dan menunggu datangnya waktu dengan suka cita, agar ia merasakan ketenangan dengannya dan bahagia dapat berdiri di hadapat Allah.

Dengan berat hati, saya harus berkata kepada orang-orang yang malas solat, menganggap solat itu tidak penting, dan berat mengerjakannya, bahawa perilaku seperti itu adalah mirip sifat munafik. Oleh sebab itu, kita harus menjauhinya dan menghilangkannya jika memang ada dalam diri kita.

"Sesungguhnya orang - orang munafik itu ditempatkan pada tingkat neraka yang paling bawah dan kamu sekali- kali tidak akan mendapat seorangpun penolong bagi mereka" (4:145)

Wallahu'alam

Wednesday, June 18, 2008

Warna Warni Kehidupan

Mula-mula memang seronok kerja bertimbun-timbun.Tapi lama kelamaan, mula terasa bosan dan letih. Dah hampir 8 bulan 'industrial training'di Pernec Corporation Berhad, dah bermacam-macam yang dilalui. Mula-mula masuk, bosan asyik takda kerja.. bila dah lama, banyak pulak kerjanya, terasa bosan jugak. Jurusan elektrikal dn electronik, tapi buat web development. Ada juga yang releven seperti fleet management system, rectifier, transmission, communication tower. Tapi kerja2 macam tu dah cukup untuk menjadikan aku orang penting kat Pernec. Sehari tak datang, 2 department call tanya kat mana.

Checklist semasa:
1. Halaqoh mingguan
2. halaqoh sekolah
3. Weekly Report training, dah due date.
4. Final report training
5. Web development (x tahu la bile boleh siap)
6. video rendering and editing.
7. halaqah-online.com
8. ........

Mudah mudahan segalanya dipermudahkan Allah

Tuesday, June 10, 2008

Sudah Berapa Banyak Bekal Kita?


Sentiasa dalam perjalanan kehidupan ini, ada terminal untuk berhenti sejenak. Beberapa saat untuk duduk mengimbau perjalanan lalu. Sudah berapa jauh perjalanan kita menuju Pintu Gerbang Kematian? Berapa banyak bekal yang akan kita bawa memasuki Dunia Baru? bukan Dunia Baru tv3 tu.

Persoalan ini perlu kita ambil berat, walau di tengah kesibukan kerjaya atau belajar. Bekal kehidupan di akhirat pasti jauh lebih penting dari hanya kehidupan dunia. Itu semua kita tahu. Ketika harga barangan semakin meningkat, kos hidup melambung, kita masih sering resah. Kita sangat takut kita akan terkesan sama. Namun pernahkan kita betul2 takut bekal amal kita di akhirat? Yang mana terang terangan semakin susut dan bahkan negatif?

Kembali kita muhasabah diri. Betapa kehidupan akhirat jauh lebih baik dan kekal. Lalu mengapa perlu kita resah bagai orang yang kematian saudara tentang masalah ekonomi semata? Sudah saatnya kita menjenguk lebih dalam rohani kita untuk menabung bekal amal. Amal soleh tidak pelu kepada banyak tenaga dan belanja yang besar. Dengan berzikir, bersyukur kpd Allah, maka tabungan akan mengalir terus. Dengan hanya beramal, maka akan berbunga dan semakin besar bekal kita. Seunguh Allah Maha Adil, menambak bekal itu adalah percuma!

Berbeza dengan perkara lain yang perlu naik kereta, isi minyak yang berharga rm2.70 seliter. Belum dicamput dengan makanan yang memang dah naik. Lalu mengapa kita masih resah dengan dunia ini. Tiba waktunya untuk bangkit menambak bekal. Bukan duduk termenung merenung nasib.

Amal Shaleh boleh dibangun dengan lidah yang bertasbih, bertahmid dan bertakbir. Ya, betapa mudah dan betapa indahnya amalan dalam Islam. Bahkan untuk melafalkan zikir tak perlu permit pun. Ingatlah, selagi masih bernafas, selagi itu kita diberi peluang untuk menambah bekal. Mati itu kita tidak tahu bila masanya. Oleh itu, bersiap sedialah dan risaulah sentiasa dengan bekal akhirat kita.

Wallahu'alam
Posted by Picasa

Monday, June 09, 2008

Harga Minyak Malaysia Antara Yang Termahal

A Kadir Jasin

PADA hari Sabtu, 7 Jun, akhbar The Star menyiarkan berita bertajuk “PM: Get true picture of global oil price hikes” (PM: Dapatkan gambaran sebenar mengenai kenaikan global harga minyak.)

Kata Abdullah Ahmad Badawi beliau berharap rakyat jelata memperoleh maklumat yang betul agar dapat memahami apa yang sedang dihadapi negara.

Setiap orang daripada kita, kata Perdana Menteri, mempunyai peranan dan tanggungjawab masing-masing di dalam keadaan yang mencabar ini.

“Dengan itu, marilah kita menghadapi bersama cabaran ini dengan daya tahan demi kebaikan negara dan generasi akan datang.”

Tetapi rata-rata, reaksi rakyat jelata boleh disimpulkan begini -- peranan kerajaan menarik balik subsidi minyak dan menaikkan harga minyak. Tanggungjawab kami adalah menganggung bebannya.

Mengambil ilham daripada seruan Perdana Menteri itu, saya melayari Internet untuk “mendapatkan gambaran sebenar” mengenai kenaikan 41 peratus harga minyak itu.

Sekarang fahamlah saya bahawa akibat kenaikan harga sebanyak 78 sen seliter pada tengah malam Rabu lalu itu, harga petrol kini RM2.70 seliter atau RM10.20 segelen Amerika (US gallon). Dalam Dolar Amerika, ia bersamaan AS$3.12 segelen (AS$0.82 seliter).

(Saya terpaksa mengubah kepada gelen dan Dolar Amerika kerana perangkaan global menggunakan ukuran gelen dan Dolar Amerika. Segelen Amerika bersamaan 3.785 liter. Kadar tukaran adalah RM3.27 kepada satu Dolar Amerika.)

Pada kadar AS$3.12 segelen, harga petrol di Malaysia adalah lebih murah daripada di Amerika Syarikat di mana harganya melepasi AS$4.00 (RM13.08) segelen.

Tetapi kita kena ingat Amerika jauh lebih kaya daripada kita. Mengikut Buku Fakta (Fact Book) Agensi Perisikan Pusat (CIA) Amerika, pendapatan purata berdasarkan pariti kuasa membeli (purchasing power parity) rakyat Amerika adalah AS$46,000 tahun lalu.

Dalam bahasa yang mudah, jika pendapatan dibahagikan sama rata, setiap orang penduduk Amerika mempunyai kuasa membeli bernilai AS$46,000 berbanding kita sebanyak AS$14,400.

Itu pun bukan semua rakyat Malaysia mempunyai kuasa membeli sebanyak AS$14,400. Hanya segelintir sahaja yang mempunyai kuasa membeli sebesar itu.

Majoritinya adalah berpendapatan sederhana dan rendah. Mereka inilah yang paling teruk menderita akibat kenaikan harga barang dan perkhidmatan yang akan dicetuskan oleh kenaikan harga minyak.

Segelen minyak berharga AS$4.00 bagi penduduk Amerika adalah “murah” kerana pendapatan dan kuasa membeli mereka tinggi. Manakala pada kadar AS$3.12 segelen bagi penduduk Malaysia adalah “mahal” kerana pendapatan kita rendah.

Pendapatan penduduk Amerika lebih tiga kali ganda daripada pendapatan penduduk Malaysia. Lagipun Amerika adalah negara pengimport bersih minyak manakala kita adalah negara pengeksport. Maksudnya kita mengeksport lebih banyak minyak mentah daripada mengimport.
Para pembesar kita sering mengatakan harga minyak petrol lebih mahal di Singapura. Betul. Harga segelen petrol di Singapura, mengikut laman web Shell Singapura, adalah sekitar AS$6.28 segelen.

Tetapi pendapatan per kapita PPP penduduk Singapura adalah AS$48,900 atau 3.4 kali ganda lebih tinggi daripada pendapatan per kapita PPP kita. Lagipun Singapura negara kecil, pengangkutan awamnya bagus, tambangnya berpatutan dan Singapura tidak ada setitik minyak pun .

Selain itu mereka ada “pilihan”. Mereka boleh menyeberang ke Johor untuk membeli petrol. Bagi membeli segelen di Malaysia mereka hanya perlu membelanjakan sekitar S$2.63 atau AS$1.92 kerana nilai duit mereka lebih tinggi daripada ringgit Malaysia (RM1 bersamaan 42 sen Singapura.)

Tetapi akibat dasar “flip-flop” kerajaan kita – sekejap tidak boleh dijual kepada orang asing dan sekejap boleh -- penduduk Singapura yang berkali-kali ganda lebih kaya daripada kita menikmati durian runtuh setiap kali mengisi minyak di Malaysia.

Rakyat rasa tertipu dan keliru. Pada 3 Jun Menteri Perdagangan Dalam Negara dan Hal Ehwal Pengguna Shahrir Abdul Samad berkata harga minyak hanya akan naik pada bulan Ogos.

Susah kita hendak faham. Berita ini tersebar satu dunia. Jadi Shahrir cakap karut atau memang harga akan naik hanya pada bulan Ogos tapi entah macam mana bos dia naikkan harga lebih awal.

Jadi saya nak tanyalah sikit. Shahrir tidak hadir mesyuarat Kabinet kah? Tidak masuk akal kalau Kabinet tidak dibawa berunding mengenai keputusan menarik balik subsidi dan menaikkan harga minyak yang sangat berat kesannya kepada rakyat jelata.

Atau (atau) Shahrir cuba memberi amaran bahawa kerajaan akan menaikkan harga minyak sekali lagi Ogos ini?

Satu lagi tabiat buruk sesetengah pembesar kita adalah kecenderungan mereka membandingkan Malaysia dengan negara-nagara yang lebih miskin dan lebih mundur.

Kalau kita hendak banding negara kita dengan negara-negara miskin, tidak perlulah kita bersusah payah hendak menjadi negara maju. Kita jadi sajalah macam negara-negara miskin yang kucar-kacir dan rakyat jelatanya menderita.

Perdana Menteri bercakap mengenai kebajikan generasi akan datang. Apakah prospek mereka jikalau hari ini pun mereka tidak cukup makan, tidak cukup pakai dan tidak cukup persekolahan kerana kos sara hidup dan inflasi yang tidak terkawal?

Jadi itulah lebih kurang kefahaman saya setelah membuat sedikit kajian seperti yang disarankan oleh Perdana Menteri ketika berucap sempena Hari Keputeraan Yang di-Pertuan Agong di Istana Negara Sabtu lalu.

Kesimpulannya, harga minyak petrol (dan juga diesel) di negara kita kini adalah antara yang termahal di dunia berasaskan pariti kuasa membeli (purchasing power parity).

Ia semestinyalah akan memberi kesan yang luas terhadap kuasa membeli dan inflasi serta prestasi ekonomi keseluruhannya.

Sunday, June 08, 2008

Kesatuan Hati


Ruh-ruh itu adalah tentara-tentara yang selalu siap siaga, yang telah saling mengenal maka ia (bertemu dan) menyatu, sedang yang tidak maka akan saling berselisih (dan saling mengingkari)”. (HR. Muslim)

“Dan Yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun kamu membelajakan semua (kekayaan) yang berada dibumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (QS. 8:63)

“Ya Allah sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui bahwa hati-hati ini telah bersatu berkumpul untuk mencurahkan mahabbah hanya kepadaMu, bertemu untuk taat kepada-Mu, bersatu dalam rangka menyeru (dijalan)-Mu, dan berjanji setia untuk membela syariat-Mu, maka kuatkanlah ikatan pertaliannya, ya Allah, abadikanlah kasih sayangnya, tunjukkanlah jalannya dan penuhilah dengan cahay-Mu yang tidak pernah redup, lapangkanlah dadanya dengan limpahan iman dan keindahan tawakkal kepada-Mu, hidupkanlah dengan ma’rifat-mu, dan matikanlah dalam keadaan syahid di jalan-mu. Sesungguhnya Engkau sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong”.

Amin…
Posted by Picasa

Saturday, June 07, 2008

Minyak oh Minyak..


Subhallah.. harga minyak naik lagi. Dari rm.192 hingga rm2.70. Tapi xpe, naik 78 sen je. Apalah sangat, tak sampai seringgit pun. Pagi tadi isi minyak motor, biasa isi RM 5 dah cukup dah.. tinggal suku je lagi nak penuh. Tapi separuh pun x sampai, waduh2..

Kalau minyak je yang naik boleh tahan lagi. Tapi tau la kan, minyak ni sumber segala galanya. Takda minyak, kereta tak jalan, lori tak dapat nak hantar barang, perniagaan akan terbantut, ekonomi jadi lembab. Jadi, solusinya harga barang akan meningkat. Baru semalam pergi makan kat kedai greewood.. order nasi goreng paprik. dulu rm 4, skrg rm 5! roti canai tak tengok lagi, rasanya dah mencecah rm 1. Kuih dulu boleh dpt lagi 3 rm1. Sebelum minyak naik 1 kuih 40 sen. Sekarang tak tahulah pula.

Apalah nak jadi dengan Malaysia ni, negara pengeluar minyak, dan pengeksport minyak! xde pun malaysia import minyak rasanya. sangat tak logic kalau harga jualan sendiri perlu ikut harga pasaran. Tiga tahun lepas harga minyak 30usd 1 barrel. Sekarang 130usd 1 barrel. Harga kos minyak yg diproses petronas dah tentu tak berubah. utk eksport dah tentu petronas dpt untung atas angin 100usd.

Subsidi yg diberi kerajaan pun macam tak relevan je. untk kereta bawah 2000cc, rm600++ (x ingat). Bayangkan, orang kaya yg, simpan subaru impreza 2.0, mercedes compressor 2.0, corolla altis, then kereta tu pakai kadang2 je. Sbb banyak kereta. subsidi yg diorang dapat pun kali 3. berbanding dgn orang macam kita ni. Ada wira sebijik, keta tu la nak pg hanta anak skolah, nak pg kerja, nak travel, untuk emergency lagi. Macam ape je..

rasa macam agenda Pak Lah lak nak kaut untung banyak2 sebelum turun takhta.

Apa-apa pun, sebagai muslim, ambillah benda ni sebagai iktibar. Mudah mudahan dpt mengajar kita erti kesabaran dan ketabahan. Tapi sabar2 pun tak jalan jugak, sampai bile nak sabar? 12 july ni ada perhimpunan di KLCC. jemput ramai-ramai. Untuk para da'ie sekalian, jadikn kenaikn living cost ni sbgai satu cabaran dlm dakwah kita. Travel cost dah tentu naik gila2 punya. Menuntut pengorbanan yg lebih. InsyaAllah, subsidinya biar Allah yang bayar.

Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan atau pun merasa berat, dan berjihadlah dengan harta dan dirimu di jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. (9:41)

wallahu'alam
Posted by Picasa

Thursday, May 29, 2008

Untuk yang Tersia-Sia Malamnya


“Lihatlah hari ini, sebab ia adalah kehidupan,kehidupan dari kehidupan.Dalam sekejap dia telah melahirkan berbagai hakikat dari wujudmu. Nikmatpertumbuhan. Pekerjaan yg indah. Indahnya kemenangan. Karena hari kemarin tak lebih dari sebuah mimpi. Dan esok hari hanyalah bayangan. Namun hari ini ketika anda hidup sempurna telah membuat hari kemarin sebagai impian yg indah. Setiap hari esok adalah bayangan yg penuh harapan. Maka lihatlah hari ini”. (Kalidasa)

Wahai orang-orang yang terpejam matanya, Perkenankanlah kami, manusia-manusia malam menuliskan sebuah surat cinta kepadamu. Seperti halnya cinta kami pada waktu malam-malam yang kami rajut di sepertiga terakhir. Atau seperti cinta kami pada keagungan dan rahasianya yang penuh pesona. Kami tahu dirimu bersusah payah lepas tengah hari berharap intan dan mutiara dunia. Namun kami tak perlu bersusah payah, sebab malam-malam kami berhiaskan intan dan mutiara dari surga.

Wahai orang-orang yang terlelap, Sungguh nikmat malam-malammu. Gelapnya yang pekat membuat matamu tak mampu melihat energi cahaya yang tersembunyi di baliknya. Sunyi senyapnya membuat dirimu hanyut tak menghiraukan seruan cinta. Dinginnya yang merasuk semakin membuat dirimu terlena,menikmati tidurmu di atas pembaringan yang empuk, bermesraan dengan bantal dan gulingmu, bergeliat manja di balik selimutmu yang demikian hangatnya. Aduhai kau sangat menikmatinya.

Wahai orang-orang yang terlena,Ketahuilah, kami tidak seperti dirimu!!Yang setiap malam terpejam matanya, yang terlelap pulas tak terkira. Atau yang terlena oleh suasananya yang begitu menggoda. Kami tidak seperti dirimu !! Kami adalah para perindu kamar di surga. Tak pernahkah kau dengar Sang Insan Kamil, Rasulullah SAW bersabda : “Sesungguhnya di surga itu ada kamar yang sisi luarnya terlihat dari dalam dan sisi dalamnya terlihat dari luar. Disediakan untuk mereka yang memberi makan orang-orang yang memerlukannya, menyebarkan salam serta mendirikan sholat pada saat manusia terlelap dalam tidur malam.” Sudahkah kau dengar tadi ? Ya, sebuah kamar yang menakjubkan untuk kami dan orang-orang yang mendirikan sholat pada saat manusia-manusia yang lain tertutup mata dan hatinya.

Wahai orang-orang yang keluarganya hampa cinta, Kau pasti pernah mendengar namaku disebut. Aku Abu Hurairah, Periwayat Hadist. Kerinduanku akan sepertiga malam adalah hal yang tak terperi. Penghujung malam adalah kenikmatanku terbesar. Tapi tahukah kau ? Kenikmatan itu tidak serta merta kukecap sendiri. Kubagi malam-malamku yang penuh syahdu itu menjadi tiga. Satu untukku, satu untuk istriku tercinta dan satu lagi untuk pelayan yang aku kasihi. Jika salah satu dari kami selesai mendirikan sholat, maka kami bersegera membangunkan yang lain untuk menikmati bagiannya. Subhanallah, tak tergerakkah dirimu ? Pedulikah kau pada keluargamu ? Adakah kebaikan yang kau inginkan dari mereka ? Sekedar untuk membangunkan orang-orang yang paling dekat denganmu, keluargamu ?

Lain lagi dengan aku, Nuruddin Mahmud Zanki. Sejarah mencatatku sebagai Sang Penakluk kesombongan pasukan salib. Suatu kali seorang ulama tersohor Ibnu Katsir mengomentari diriku, katanya, ” Nuruddin itu kecanduan sholat malam, banyak berpuasa dan berjihad dengan akidah yang benar.” Kemenangan demi kemenangan aku raih bersama pasukanku. Bahkan pasukan musuh itu terlibat dalam sebuah perbincangan seru. Kata mereka, ” Nuruddin Mahmud Zanki menang bukan karena pasukannya yang banyak. Tetapi lebih karena dia mempunyai rahasia bersama Tuhan”. Aku tersenyum, mereka memang benar. Kemenangan yang kuraih adalah karena do’a dan sholat-sholat malamku yang penuh kekhusyu’an. Tahukah kau dengan orang yang selalu setia mendampingiku ? Dialah Istriku tercinta, Khotun binti Atabik. Dia adalah istri shalehah di mataku, terlebih di mata Alloh. Malam-malam kami adalah malam penuh kemesraan dalam bingkai Tuhan.

Gemerisik dedaunan dan desahan angin seakan menjadi pernak-pernik kamisaat mendung di mata kami jatuh berderai dalam sujud kami yg panjang.Kuceritakan padamu suatu hari ada kejadian yang membuat belahan jiwaku itu tampak murung. Kutanyakan padanya apa gerangan yang membuatnya resah. Ya Alloh, ternyata dia tertidur, tidak bangun pada malam itu, sehingga kehilangan kesempatan untuk beribadah. Astaghfirulloh, aku menyesal telah membuat dia kecewa. Segera setelah peristiwa itu kubayar saja penyesalanku dengan mengangkat seorang pegawai khusus untuknya. Pegawai itu kuperintahkan untuk menabuh genderang agar kami terbangun di sepertiga malamnya.

Wahai orang-orang yang terbuai, Kau pasti mengenalku dalam kisahpembebasan Al Aqso, rumah Allah yang diberkati. Akulah pengukir tinta emas itu, seorang Panglima Perang, Sholahuddin Al-Ayyubi. Orang-orang yang hidup di zamanku mengenalku tak lebih dari seorang Panglima yang selalu menjaga sholat berjama’ah. Kesenanganku adalah mendengarkan bacaan Alqur’an yang indah dan syahdu. Malam-malamku adalah saat yang paling kutunggu. Saat-saat dimana aku bercengkerama dengan Tuhanku. Sedangkan siang hariku adalah perjuangan-perjuangan nyata, pengejawantahan cintaku pada-Nya.Wahai orang-orang yang masih saja terlena, Pernahkah kau mendengar kisah penaklukan Konstantinopel ? Akulah orang dibalik penaklukan itu, Sultan Muhammad Al Fatih. Aku sangat lihai dalam memimpin bala tentaraku. Namun tahukah kau bahwa sehari sebelum penaklukan itu, aku telah memerintahkan kepada pasukanku untuk berpuasa pada siang harinya. Dan saat malam tiba, kami laksanakan sholat malam dan munajat penuh harap akan pertolongan-Nya. Jika Alloh memberikan kematian kepada kami pada siang hari disaat kami berjuang, maka kesyahidan itulah harapan kami terbesar. Biarlah siang hari kami berada di ujung kematian, namun sebelum itu, di ujung malamnya Alloh temukan kami berada dalam kehidupan. Kehidupan dengan menghidupi malam kami.

Wahai orang-orang yang gelap mata dan hatinya, Pernahkah kau dengar kisah Penduduk Basrah yang kekeringan ? Mereka sangat merindukan air yang keluar dari celah-celah awan. Sebab terik matahari terasa sangat menyengat,padang pasir pun semakin kering dan tandus. Suatu hari mereka sepakat untuk mengadakan Sholat Istisqo yang langsung dipimpin oleh seorang ulama di masa itu. Ada wajah-wajah besar yang turut serta di sana, Malik bin Dinar, Atho’ As-Sulami, Tsabit Al-Bunani. Sholat dimulai, dua rakaat pun usai. Harapan terbesar mereka adalah hujan-hujan yang penuh berkah. Namun waktu terus beranjak siang, matahari kian meninggi, tak ada tanda-tanda hujan akan turun. Mendung tak datang, langit membisu, tetap cerah dan biru. Dalam hati mereka bertanya-tanya, adakah dosa-dosa yang kami lakukan sehingga air hujan itu tertahan di langit ? Padahal kami semua adalah orang-orang terbaik di negeri ini ? Sholat demi sholat Istisqo didirikan, namun hujan tak kunjung datang.

Hingga suatu malam, Malik bin Dinar dan Tsabit Al Bunani terjaga di sebuah masjid. Saat malam itulah, aku, Maimun, seorang pelayan, berwajah kuyu, berkulit hitam dan berpakaian usang, datang ke masjid itu. Langkahku menuju mihrab, kuniatkan untuk sholat Istisqo sendirian, dua orang terpandang itu mengamati gerak gerikku. Setelah sholat, dengan penuh kekhusyu’an kutengadahkan tanganku ke langit, seraya berdo’a : “Tuhanku, betapa banyak hamba-hamba-Mu yang berkali-kali datang kepada-Mu memohon sesuatu yang sebenarnya tidak mengurangi sedikitpun kekuasaan-Mu. Apakah ini karena apa yang ada pada-Mu sudah habis ? Ataukah perbendaharaan kekuasaan-Mu telah hilang ? Tuhanku, aku bersumpah atas nama-Mu dengan kecintaan-Mu kepadaku agar Engkau berkenan memberi kami hujan secepatnya.”Lalu apa gerangan yang terjadi ? Angin langsung datang bergemuruh dengan cepat, mendung tebal di atas langit. Langit seakan runtuh mendengar do’a seorang pelayan ini. Do’aku dikabulkan oleh Tuhan, hujan turun dengan derasnya, membasahi bumi yang tandus yang sudah lama merindukannya.

Malik bin Dinar dan Tsabit Al Bunani pun terheran-heran dan kau pasti juga heran bukan ? Aku, seorang budak miskin harta, yang hitam pekat, mungkin lebih pekat dari malam-malam yang kulalui. Hanya manusia biasa, tapi aku menjadi sangat luar biasa karena doaku yang makbul dan malam-malam yang kupenuhi dengan tangisan dan taqarrub pada-Nya.

Wahai orang-orang yang masih saja terpejam, Penghujung malam adalahdetik-detik termahal bagiku, Imam Nawawi. Suatu hari muridku menanyakan kepadaku, bagaimana aku bisa menciptakan berbagai karya yang banyak ?Kapan aku beristirahat, bagaimana aku mengatur tidurku ? Lalu kujelaskan padanya, “Jika aku mengantuk, maka aku hentikan sholatku dan aku bersandar pada buku-bukuku sejenak. Selang beberapa waktu jika telah segar kembali, aku lanjutkan ibadahku.” Aku tahu kau pasti berpikir bahwa hal ini sangat sulit dijangkau oleh akal sehatmu. Tapi lihatlah, aku telah melakukannya, dan sekarang kau bisa menikmati karya-karyaku.

Wahai orang-orang yang tergoda, Begitu kuatkah syetan mengikat tengkuklehermu saat kau tertidur pulas ? Ya, sangat kuat, tiga ikatan di tengkuk lehermu !! Dia lalu menepuk setiap ikatan itu sambil berkata, “Hai manusia, Engkau masih punya malam panjang, karena itu tidurlah !!”. Hei, Sadarlah, sadarlah, jangan kau dengarkan dia, itu tipu muslihatnya ! Syetan itu berbohong kepadamu. Maka bangunlah, bangkitlah, kerahkan kekuatanmu untuk menangkal godaannya. Sebutlah nama Alloh, maka akan lepas ikatan yang pertama. Kemudian, berwudhulah, maka akan lepas ikatan yang kedua. Dan yang terakhir, sholatlah, sholat seperti kami, maka akan lepaslah semua ikatan-ikatan itu.

Wahai orang-orang yang masih terlelap, Masihkah kau menikmatimalam-malammu dengan kepulasan ? Masihkah ? Adakah tergerak hatimu untuk bangkit, bersegera, mendekat kepada-Nya, bercengkerama dengan-Nya, memohon keampunan-Nya, meski hanya 2 rakaat ? Tidakkah kau tahu, bahwa Alloh turun ke langit bumi pada 1/3 malam yang pertama telah berlalu. Tidakkah kau tahu, bahwa Dia berkata, “Akulah Raja, Akulah Raja, siapa yang memohon kepada-Ku akan Kukabulkan, siapa yang meminta kepada-Ku akan Kuberi, dan siapa yang memohon ampun kepada-Ku akan Ku ampuni. Dia terus berkata demikian, hingga fajar merekah.

Wahai orang-orang yang terbujuk rayu dunia, Bagi kami, manusia-manusiamalam, dunia ini sungguh tak ada artinya. Malamlah yang memberi kamikehidupan sesungguhnya. Sebab malam bagi kami adalah malam-malam yangpenuh cinta, sarat makna. Masihkah kau terlelap ? Apakah kau menginginkan kehidupan sesungguhnya ? Maka ikutilah jejak kami, manusia-manusia malam. Kelak kau akan temukan cahaya di sana, di waktu sepertiga malam. Namun jika kau masih ingin terlelap, menikmati tidurmu di atas pembaringan yang empuk, bermesraan dengan bantal dan gulingmu, bergeliat manja di balik selimutmu yang demikian hangatnya, maka surat cinta kami ini sungguh tak berarti apa-apa bagimu. Semoga Alloh mempertemukan kita di sana, di surga-Nya, mendapati dirimu dan diri kami dalam kamar-kamar yang sisi luarnya terlihat dari dalam dan sisi dalamnya terlihat dari luar.

Semoga…

http://forum.purebase.org/index.php?showtopic=50

Posted by Picasa

Tuesday, May 27, 2008

Ayat-ayat Cinta



Desir pasir di padang tandus
Segersang pemikiran hati
Terkisah ku di antara cinta yang rumit

Bila keyakinanku datang
Kasih bukan sekadar cinta
Pengorbanan cinta yang agung
Ku pertaruhkan

Maafkan bila ku tak sempurna
Cinta ini tak mungkin ku cegah
Ayat-ayat cinta bercerita
Cintaku padamu
Bila bahagia mulai menyentuh
Seakan ku bisa hidup lebih lama
Namun harus ku tinggalkan cinta
Ketika ku bersujud
Posted by Picasa

Ini Bukan Dakwah Semusim


Amanah dakwah yang bertimbun bagi sebagian aktivis dakwah terkadang membuatkan mereka cepat lemah dan jumud. Tawaran amanah dakwah seolah dating tak kenal waktu, menuntut kita untuk segera menyelesaikannya, belum lagi ‘homework’ yang bertimbun, ‘report’ dan sebagainya. Waktu cuti bagi aktivis dakwah adalah kesempatan besar yang tak boleh disia-siakan, untuk sekadar melepaskan penat yang melekat. Atau paling tidak, dapat sedikit bernafas dengan lega dari amanah-amanah yang ada.

Fenomena hari cuti (hujung minggu, semester) aktivis menjadi hal yang amat unik untuk diperhati Sebahagian diantaranya sibuk mempersiapkan diri menyusun agenda percutiannya. Mulai dari rehlah, mokhoyyam sehingga pulang ke kampung pada batas waktu yang tak tentu. Sebahagian lagi sibuk memikirkan perancangan dakwah ke hadapan. Mulai dari target halaqoh, strategi masuk ke sekolah, jauhlah dan lain-lain. Apakah ada yang salah bila aktivis bercuti? Kalau selama ini mereka dikenal dengan sebutan “nahnu qowwiyun amaliyun”, jawabnya tidak! Kerana sesungguhnya kita sangat perlukan istirehat. Perlu untuk melunjurkan kaki sejenak, perlu air dingin walau seteguk dan perlu berhenti untuk mendapatkan kekuatan itu kembali.

Tetapi tidak adil rasanya ketika kita mulai melepaskan ingatan-ingatan kita tentang dakwah itu sendiri. Angan kita jauh melayang entah kemana, fikiran kita seolah bebas merdeka tanpa ikatan beban apapun. Sehingga tidak dapat menangkap seberapa pentingnya amanah dakwah yang ada, menganggap amanah-amanah itu hanya milik para qiyadah semata. Ketika datang saat mutaba’ah tentang amanah yang ada, kita dengan mudah mengatakan “Afwan, belum sempat diselesaikan” atau mungkin “Afwan, tak sempat nak berfikir!””

Percutian bukan bererti menjadi saat terpenting bagi untuk mengakhiri tugas-tugas panjang ini. Hal yang paling penting bagi seoarng aktivis dakwah ketika menghadapi masa cuti adalah mewaspadai kekerasan hati yang diakibatkan terlalu lamanya seseorang tidak aktif dalam medan dakwah. Hal ini tidak muncul secara sekaligus, akan tetapi secara perlahan-lahan dan berangsur-angsur sehingga hampir-hampir tidak disedari. Ketika cuti menjelma, dengan mudahnya kita mengajukan “Cuti” pada murabbi untuk sekedar tidak menghadiri liqo’. Atau mengajukan “keringanan” kepada para qiyadah untuk free amanah, sementara hari-hari kita berlalu begitu saja tanpa tarbiyah, tanpa amanah dan tanpa bergumul dengan dakwah. Akibat dari semua ini mulai beransur-ansurlah semangat dakwah kita tidak berdaya untuk terus aktif dan terlibat dalam persoalan-persoalan dakwah. Berkaratnya hati ini membuat kita semakin mudah mengabaikan tugas-tugas jihad serta menyeru panggilan-panggilan Allah.

“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman untuk tunduk hati mereka mengingati Allah dan kepada kebenaran yang telah turun dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan alkitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka, lalu hati mereka menjadi keras, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasiq.” (Al-Hadid:16).

Ikhwah fillah, fahamilah bahawa dakwah yang kita lakukan sekarang bukanlah dakwah sesaat. Ini bukanlah dakwah semusim yang gelora dan semangatnya menggema saat kita menghabiskan waktu di kampus ini saja. Sementara menjelang cuti atau berakhirnya masa kuliah kita di kampus tiada lagi gaungnya sama sekali seperti gelanggang yang ditinggal penontonnya. Tiada lagi sorak sorak suara pendukungnya, tiada lagi sorot cahaya keindahannya. Diperparah lagi banyaknya kader yang menjadi “veteran”dalam medan perjuangan.

Jadi kita seharusnya boleh mengukur sejauh mana keberhasilan cuti kita dengan amanah dakwah yang ada. Sehingga semakin banyak tugas-tugas dakwah semestinya boleh diselesaikan dengan professional, diertikan dengan pola kerja dakwah yang rapi, terstruktur dan tepat waktu karena kita mempunyai rentang waktu yang cukup untuk memikirkan dan merencanakannya. Dan juga kita boleh menilai sejauh mana kesiapan para kader dakwah menyongsong dan menyambut amanah dakwah, karena ia telah mendapatkan kekuatan kembali. Jadi ketika panggilan jihad itu mengalun indah bagaimana respon kita masing-masing untuk menyambutnya?. Wallahu alam
Posted by Picasa

Sunday, May 25, 2008

Bernarkah Poligami Sunnah??

UNGKAPAN "poligami itu sunah" sering digunakan sebagai pembenaran poligami. Namun, berlindung pada pernyataan itu, sebenarnya bentuk lain dari pengalihan tanggung jawab atas tuntutan untuk berlaku adil karena pada kenyataannya, sebagaimana ditegaskan Al Quran, berlaku adil sangat sulit dilakukan (An-Nisa: 129).

DALIL "poligami adalah sunah" biasanya diajukan karena sandaran kepada teks ayat Al Quran (QS An-Nisa, 4: 2-3) lebih mudah dipatahkan. Satu-satunya ayat yang berbicara tentang poligami sebenarnya tidak mengungkapkan hal itu pada konteks memotivasi, apalagi mengapresiasi poligami. Ayat ini meletakkan poligami pada konteks perlindungan terhadap yatim piatu dan janda korban perang.

Dari kedua ayat itu, beberapa ulama kontemporer, seperti Syekh Muhammad Abduh, Syekh Rashid Ridha, dan Syekh Muhammad al-Madan-ketiganya ulama terkemuka Azhar Mesir-lebih memilih memperketat.

Lebih jauh Abduh menyatakan, poligami adalah penyimpangan dari relasi perkawinan yang wajar dan hanya dibenarkan secara syar’i dalam keadaan darurat sosial, seperti perang, dengan syarat tidak menimbulkan kerusakan dan kezaliman (Tafsir al-Manar, 4/287).

Anehnya, ayat tersebut bagi kalangan yang propoligami dipelintir menjadi "hak penuh" laki-laki untuk berpoligami. Dalih mereka, perbuatan itu untuk mengikuti sunah Nabi Muhammad SAW. Menjadi menggelikan ketika praktik poligami bahkan dipakai sebagai tolok ukur keislaman seseorang: semakin aktif berpoligami dianggap semakin baik poisisi keagamaannya. Atau, semakin bersabar seorang istri menerima permaduan, semakin baik kualitas imannya. Slogan-slogan yang sering dimunculkan misalnya, "poligami membawa berkah", atau "poligami itu indah", dan yang lebih populer adalah "poligami itu sunah".

Dalam definisi fikih, sunah berarti tindakan yang baik untuk dilakukan. Umumnya mengacu kepada perilaku Nabi. Namun, amalan poligami, yang dinisbatkan kepada Nabi, ini jelas sangat distorsif. Alasannya, jika memang dianggap sunah, mengapa Nabi tidak melakukannya sejak pertama kali berumah tangga?

Nyatanya, sepanjang hayatnya, Nabi lebih lama bermonogami daripada berpoligami. Bayangkan, monogami dilakukan Nabi di tengah masyarakat yang menganggap poligami adalah lumrah. Rumah tangga Nabi SAW bersama istri tunggalnya, Khadijah binti Khuwalid RA, berlangsung selama 28 tahun. Baru kemudian, dua tahun sepeninggal Khadijah, Nabi berpoligami. Itu pun dijalani hanya sekitar delapan tahun dari sisa hidup beliau. Dari kalkulasi ini, sebenarnya tidak beralasan pernyataan "poligami itu sunah".

Sunah, seperti yang didefinisikan Imam Syafi’i (w. 204 H), adalah penerapan Nabi SAW terhadap wahyu yang diturunkan. Pada kasus poligami Nabi sedang mengejawantahkan Ayat An-Nisa 2-3 mengenai perlindungan terhadap janda mati dan anak-anak yatim. Dengan menelusuri kitab Jami’ al-Ushul (kompilasi dari enam kitab hadis ternama) karya Imam Ibn al-Atsir (544-606H), kita dapat menemukan bukti bahwa poligami Nabi adalah media untuk menyelesaikan persoalan sosial saat itu, ketika lembaga sosial yang ada belum cukup kukuh untuk solusi.

Bukti bahwa perkawinan Nabi untuk penyelesaian problem sosial bisa dilihat pada teks-teks hadis yang membicarakan perkawinan-perkawinan Nabi. Kebanyakan dari mereka adalah janda mati, kecuali Aisyah binti Abu Bakr RA.

Selain itu, sebagai rekaman sejarah jurisprudensi Islam, ungkapan "poligami itu sunah" juga merupakan reduksi yang sangat besar. Nikah saja, menurut fikih, memiliki berbagai predikat hukum, tergantung kondisi calon suami, calon istri, atau kondisi masyarakatnya. Nikah bisa wajib, sunah, mubah (boleh), atau sekadar diizinkan. Bahkan, Imam al-Alusi dalam tafsirnya, Rûh al-Ma’âni, menyatakan, nikah bisa diharamkan ketika calon suami tahu dirinya tidak akan bisa memenuhi hak-hak istri, apalagi sampai menyakiti dan mencelakakannya. Demikian halnya dengan poligami. Karena itu, Muhammad Abduh dengan melihat kondisi Mesir saat itu, lebih memilih mengharamkan poligami.

Nabi dan larangan poligami

Dalam kitab Ibn al-Atsir, poligami yang dilakukan Nabi adalah upaya transformasi sosial (lihat pada Jâmi’ al-Ushûl, juz XII, 108-179). Mekanisme poligami yang diterapkan Nabi merupakan strategi untuk meningkatkan kedudukan perempuan dalam tradisi feodal Arab pada abad ke-7 Masehi. Saat itu, nilai sosial seorang perempuan dan janda sedemikian rendah sehingga seorang laki-laki dapat beristri sebanyak mereka suka.

Sebaliknya, yang dilakukan Nabi adalah membatasi praktik poligami, mengkritik perilaku sewenang-wenang, dan menegaskan keharusan berlaku adil dalam berpoligami.

Ketika Nabi melihat sebagian sahabat telah mengawini delapan sampai sepuluh perempuan, mereka diminta menceraikan dan menyisakan hanya empat. Itulah yang dilakukan Nabi kepada Ghilan bin Salamah ats-Tsaqafi RA, Wahb al-Asadi, dan Qais bin al-Harits. Dan, inilah pernyataan eksplisit dalam pembatasan terhadap kebiasan poligami yang awalnya tanpa batas sama sekali.

Pada banyak kesempatan, Nabi justru lebih banyak menekankan prinsip keadilan berpoligami. Dalam sebuah ungkapan dinyatakan: "Barang siapa yang mengawini dua perempuan, sedangkan ia tidak bisa berbuat adil kepada keduanya, pada hari akhirat nanti separuh tubuhnya akan lepas dan terputus" (Jâmi’ al-Ushûl, juz XII, 168, nomor hadis: 9049). Bahkan, dalam berbagai kesempatan, Nabi SAW menekankan pentingnya bersikap sabar dan menjaga perasaan istri.

Teks-teks hadis poligami sebenarnya mengarah kepada kritik, pelurusan, dan pengembalian pada prinsip keadilan. Dari sudut ini, pernyataan "poligami itu sunah" sangat bertentangan dengan apa yang disampaikan Nabi. Apalagi dengan melihat pernyataan dan sikap Nabi yang sangat tegas menolak poligami Ali bin Abi Thalib RA. Anehnya, teks hadis ini jarang dimunculkan kalangan propoligami. Padahal, teks ini diriwayatkan para ulama hadis terkemuka: Bukhari, Muslim, Turmudzi, dan Ibn Majah.

Nabi SAW marah besar ketika mendengar putri beliau, Fathimah binti Muhammad SAW, akan dipoligami Ali bin Abi Thalib RA. Ketika mendengar rencana itu, Nabi pun langsung masuk ke masjid dan naik mimbar, lalu berseru: "Beberapa keluarga Bani Hasyim bin al-Mughirah meminta izin kepadaku untuk mengawinkan putri mereka dengan Ali bin Abi Thalib. Ketahuilah, aku tidak akan mengizinkan, sekali lagi tidak akan mengizinkan. Sungguh tidak aku izinkan, kecuali Ali bin Abi Thalib menceraikan putriku, kupersilakan mengawini putri mereka. Ketahuilah, putriku itu bagian dariku; apa yang mengganggu perasaannya adalah menggangguku juga, apa yang menyakiti hatinya adalah menyakiti hatiku juga." (Jâmi’ al-Ushûl, juz XII, 162, nomor hadis: 9026).

Sama dengan Nabi yang berbicara tentang Fathimah, hampir setiap orangtua tidak akan rela jika putrinya dimadu. Seperti dikatakan Nabi, poligami akan menyakiti hati perempuan, dan juga menyakiti hati orangtuanya.

Jika pernyataan Nabi ini dijadikan dasar, maka bisa dipastikan yang sunah justru adalah tidak mempraktikkan poligami karena itu yang tidak dikehendaki Nabi. Dan, Ali bin Abi Thalib RA sendiri tetap bermonogami sampai Fathimah RA wafat.

Poligami tak butuh dukungan teks

Sebenarnya, praktik poligami bukanlah persoalan teks, berkah, apalagi sunah, melainkan persoalan budaya. Dalam pemahaman budaya, praktik poligami dapat dilihat dari tingkatan sosial yang berbeda.

Bagi kalangan miskin atau petani dalam tradisi agraris, poligami dianggap sebagai strategi pertahanan hidup untuk penghematan pengelolaan sumber daya. Tanpa susah payah, lewat poligami akan diperoleh tenaga kerja ganda tanpa upah. Kultur ini dibawa migrasi ke kota meskipun stuktur masyarakat telah berubah. Sementara untuk kalangan priayi, poligami tak lain dari bentuk pembendamatian perempuan. Ia disepadankan dengan harta dan takhta yang berguna untuk mendukung penyempurnaan derajat sosial lelaki.

Dari cara pandang budaya memang menjadi jelas bahwa poligami merupakan proses dehumanisasi perempuan. Mengambil pandangan ahli pendidikan Freire, dehumanisasi dalam konteks poligami terlihat mana kala perempuan yang dipoligami mengalami self-depreciation. Mereka membenarkan, bahkan bersetuju dengan tindakan poligami meskipun mengalami penderitaan lahir batin luar biasa. Tak sedikit di antara mereka yang menganggap penderitaan itu adalah pengorbanan yang sudah sepatutnya dijalani, atau poligami itu terjadi karena kesalahannya sendiri.

Dalam kerangka demografi, para pelaku poligami kerap mengemukakan argumen statistik. Bahwa apa yang mereka lakukan hanyalah kerja bakti untuk menutupi kesenjangan jumlah penduduk yang tidak seimbang antara lelaki dan perempuan. Tentu saja argumen ini malah menjadi bahan tertawaan. Sebab, secara statistik, meskipun jumlah perempuan sedikit lebih tinggi, namun itu hanya terjadi pada usia di atas 65 tahun atau di bawah 20 tahun. Bahkan, di dalam kelompok umur 25-29 tahun, 30-34 tahun, dan 45-49 tahun jumlah lelaki lebih tinggi. (Sensus DKI dan Nasional tahun 2000; terima kasih kepada lembaga penelitian IHS yang telah memasok data ini).

Namun, jika argumen agama akan digunakan, maka sebagaimana prinsip yang dikandung dari teks-teks keagamaan itu, dasar poligami seharusnya dilihat sebagai jalan darurat. Dalam kaidah fikih, kedaruratan memang diperkenankan. Ini sama halnya dengan memakan bangkai; suatu tindakan yang dibenarkan manakala tidak ada yang lain yang bisa dimakan kecuali bangkai.

Dalam karakter fikih Islam, sebenarnya pilihan monogami atau poligami dianggap persoalan parsial. Predikat hukumnya akan mengikuti kondisi ruang dan waktu. Perilaku Nabi sendiri menunjukkan betapa persoalan ini bisa berbeda dan berubah dari satu kondisi ke kondisi lain. Karena itu, pilihan monogami-poligami bukanlah sesuatu yang prinsip. Yang prinsip adalah keharusan untuk selalu merujuk pada prinsip-prinsip dasar syariah, yaitu keadilan, membawa kemaslahatan dan tidak mendatangkan mudarat atau kerusakan (mafsadah).

Dan, manakala diterapkan, maka untuk mengidentifikasi nilai-nilai prinsipal dalam kaitannya dengan praktik poligami ini, semestinya perempuan diletakkan sebagai subyek penentu keadilan. Ini prinsip karena merekalah yang secara langsung menerima akibat poligami. Dan, untuk pengujian nilai-nilai ini haruslah dilakukan secara empiris, interdisipliner, dan obyektif dengan melihat efek poligami dalam realitas sosial masyarakat.

Dan, ketika ukuran itu diterapkan, sebagaimaan disaksikan Muhammad Abduh, ternyata yang terjadi lebih banyak menghasilkan keburukan daripada kebaikan. Karena itulah Abduh kemudian meminta pelarangan poligami.

Dalam konteks ini, Abduh menyitir teks hadis Nabi SAW: "Tidak dibenarkan segala bentuk kerusakan (dharar) terhadap diri atau orang lain." (Jâmi’a al-Ushûl, VII, 412, nomor hadis: 4926). Ungkapan ini tentu lebih prinsip dari pernyataan "poligami itu sunah".


Faqihuddin Abdul Kodir Dosen STAIN Cirebon dan peneliti Fahmina Institute Cirebon, Alumnus Fakultas Syariah Universitas Damaskus, Suriah

Wednesday, May 14, 2008

Hitam, Putih dan Kelabu

Saya hanya berkesempatan untuk mencoretkan pandangan ini selepas beberapa ketika memasuki tempoh praktikal. Tapi ceritanya bermula lebih awal lagi. Dalam awal bulan tiga. Ketika itu saya sedang membelek dan meneliti isi kandungan buku Fenomena Ayat-ayat Cinta. Ia bukan sebuah novel. Tapi autobiografi Habiburrahman El-Shirazy.

Autobiografi itu biasa sahaja, cuma saya tertarik dengan satu ulasan di muka-muka awal buku terssebut. Itu berkomentar tentang bentuk dan pola cinta setiap watak dalam masterpiecenya Kang Abik itu, ayat-ayat Cinta yang sudah dibawa ke layar perak. Cinta milik Maria, Aisyah, Nora, dan Nurul.

Yang menarik di hujung komentar itu, penulis ada membuat ulasan berbunyi: “ walau apapun namanya, cinta, selagi belum sah nikahnya, memang hubungan itu tidak sah, atas alasan apapun ia. Nah kalau ikhwah dan akahwat itu sengaja mencari alasan memperbolehkan ia, walaupun dan khususnya di masa-masa khitbah, maka ia kekal sebagai suatu alasan tanpa nilai apa pun”.

Hitam, putih dan kelabu

Sejenak saya terfikir. Dan getus saya, hitam, putih dan kelabu. Itulah setepatnya. Tentang cinta. Yang mampu mengubah hitam itu ke kelabu dan seterusnya putih. Apa saja itu. Tentang yang boleh dan yang tidak diperbolehkan dalam cinta. Rasanya ruang ini tidak harus menjadi ruang bicara agama layaknya, kerana saya sendiri masih fakir ilmu berbicara soal itu. Tapi ruang berkongsi pengalaman dan melihat perubahan teman-teman dalam menafsir istilah cinta.

Yang putih itu jelas. Yang hitam juga jelas. Yang halal itu jelas. Yang haram itu jelas. Tiada sangsi. Cuma, selangkah seseorang itu memasuki fasa pertunangan, khitbah, ceritanya lain sekali. Pasti, dan pasti itu bersandar pada pengalaman, definisi hitam dan putih itu tadi mula berubah. Jadi kelabu. Dan kelabu itu pula semakin banyak dan membesar.

Fasa khitbah

Fasa pertunangan merupakan cabaran terbesar bagi setiap individu. Sebab anda berada dalam alam antara ‘haram’ (sebelum ada apa-apa hubungan), dengan yang ‘halal” (selepas perkahwinan). Walaupun jelas dalam Islam, fasa pertunangan tidak membawa apa-apa kuasa dan tanggungjawab, tetapi itu soal fiqih. Soal hati anda seolah telah mampir menjadi suami atau isteri kepada seseorang. Di situ masalahnya. Contohnya soal berhubungan. Sebolehnya dibatasi, walaupun sebahagian besar ulama memperbolehkan. Tetapi pastinya dengan pemantauan dan adab-adabnya. Tetapi bagi ‘pasangan’ yang dalam tempoh ini, kadang-kadang itu terlepas juga kata-kata rindu-rinduan, sayang-sayangan, cinta-cintaan. Kata mereka itu berlaku out of control. Akibat perasaan dalaman untuk mendapatkan kepastian tentang cinta mereka. Kalau bicara soal fiqih, mungkin ok. Tapi tentu sudut tasawwuf (dalam erti kata yang luas), ketundukan hati, dan kekhusyukan, itu pasti melemahkan.
Banyak insiden-insiden yang berlaku di sekeliling kita. Ia tak perlu diungkapkan dengan kata-kata tapi cukup jelas kelihatan dengan pandangan mata kita. Perilaku dan tindak tanduknya menunjukkan seolah dia tahu perbuatan itu hitam, tetapi akan terus mencari justikifasi untuk memutihkannya. Maka jadilah ia kelabu. Saya malas nak berbicara panjang. Bagi saya mudah. Ya, yang akan melangsungkan pernikahan, cepat-cepatkan. Saya khuatir endingnya nanti lain kalau dilambatkan. Tapi kalau yang sudah bertunang tapi pernikahannya lambat lagi, pandai-pandailah. Apa pun alasan anda, hanya anda yang akan menjawabnya kelak. Yang pasti selagi peradaban manusia ada, ruang kelabu itu pasti lebih mendominasi. Hitam, putih, dan kelabu dalam cinta.

Cinta dan orang da'wah

Cinta itu menggilakan manusia. Mungkin juga benar. Sebab kita manusia. Dan sejarah telah menjadi saksi jatuh bangun bangsa ditentukan oleh cinta. Cinta yang macam-macam ragamnya. Cinta tuhan, cinta hantu tahyul, cinta perempuan, cinta lelaki idaman, cinta harta, cinta pangkat dan jawatan. Cinta menjadikan manusia obses.Dalam ruang bicara da’wah, ruang kelabu inilah yang menjadi sandaran. Jangan berbicara soal besar, kalau dalam fatrah (tempoh) pertunangan anda gagal memutihkan yang putih dan menghitamkan yang hitam. Anda duduk dan kekal dalam ruang kelabu itu. Ingat. Sebagai orang ‘dawah, anda menjadi cermnan Islam. Walaupun tidaklah selalunya betul. Tapi orang lain beranggapan begitu, dan akan menadikan perbuatan anda hujah untuk mereka melalukan sedemikian.

http://muhammadaimansalmi.blogspot.com/

Friday, May 02, 2008

Bukan cerita penglipur lara

Pagi semalam aku pulang kerumah. seperti biasa program habis, dalam jam 1 pagi tiba di rumah. Aku terdengar bunyi bising seperti benda terbang yang berlanggar-langgar. Depan rumah ada pohon jambu air yg agak lebat. Aku dengar bunyi sesuatu bergerak didalamnya, kemudian ia keluar dan menghentam tembok rumah, dan terus terbang lg dan menghemtam benda lain. ia terbang terlalu laju. Tak tahu apakah benda tersebut. Aku agak kelawar krn gayanya yang x tahu arah tuju dan buta adlh sama dengan kelawar.

Keesokan paginya, selepas bersarapan, ummi bercakap dgnku. Katanya dia seperti dihimpit semalam, tak dpt bernafas, dan terasa amat panas sekali walaupun ummi tidur bawah kipas. katanya lagi, bila nak pejamkan mata, terasa seperti ada sesuatu yg banyak dtg kepadanya. jadi, dia tak dapat tidur. Lagi, adikku yang tinggkatan 5 cerita. katanya, ketika tidur, 2 kali dia terlihat kelibat orang di dalam biliknya.

Langsung aku teringat 'kelawar' yang kulihat semalam. biasanya kelawar dikaitkan dengan ilmu hitam. wallahu'alam. tapi kehadiran kelawar pernah terjadi beberapa bulan lepas. ia cuba utk masuk ke dalam rumah namun tak berjaya. ia terbang ke pintu waktu pintu terbuka tapi seolah-olah ada yang menghalang sehingga ia melantun balik. aku rasa ianya pasti berkaitan dgn kejadian di kampung. atukku terkena buatan orang. ada satu masa tu, di ruang tamu di kampung, terdapat seekor kelawar yg berterbangan. kemudian hilang. malam itu juga, atuk macam cacing kepanasan.

hari ini aku pulang lewat lagi. perkara serupa seperti semalam yang kulihat...

wallahu'alam.

Saturday, April 12, 2008

Manusia ada zaman dinosour?

Berdasarkan kajian Sains bumi ini dikatakan terbentuk sekitar 4.6 billion tahun yang lampau. Bermula dari tarikh itu muncullah pelbagai jenis organisme (dari hidupan bersel tunggal -unicellular life forms) sehinggalah kepada tumbuh-tumbuhan dan haiwan.

Merujuk kepada dinasour, reptilia yang pertama muncul pada zaman Permian (sekitar 300 juta tahun yg silam). Dinasour hanya muncul pada zaman berikutnya iaitu Triassic dan Jurassic iaitu di antara 250 hingga 140 juta tahun lalu. (Nota - Dinasour bukan reptilia - ciri-ciri dinasour ialah ia berdiri 'upright' - kedudukan kaki di bawah tubuh, tdk seperti cicak dan buaya di mana kakinya 'spread out' atau terkeluar di sisi tubuh).

Kewujudan manusia berdasarkan time line ini sangat lewat. Haiwan Mamalia muncul sekitar 35 - 40 juta tahun yang lalu, menggantikan dinasour. Mammoth muncul sekitar 1.8 juta tahun di epoch (waktu) Pliocene. (ini yang dikatakan zaman ais) dan manusia hanya muncul pada epoch (waktu) yang terakhir iaitu Holocene.

Kajian anthropologi telah menemukan beberapa fossil yang didakwa sebagai nenek moyang turunan manusia. Ia tidak bercirikan manusia moden maka itu dinamakan hominid dan nama yang diberikan ialah australopithecus yang wujud sekitar 3 juta tahun yang lalu. Ini diikuti oleh Homo habilis (the handy man) sekitar 1.8 juta tahun yang lalu; disusuli oleh Homo erectus 'the upright man' (yang menampakkan ciri manusia yang berdiri tegak); Homo sapien 'wise man' yang muncul sekitar 300,000 tahun (juga dikenali dgn Neanderthal) dan Homo sapien sapien 'modern man' (juga dikenali sebagai the cro magnon man) sekitar 30 hingga 25,000 tahun yang lalu. Cro magnon man dikatakan sebagai ancestors kpd manusia moden hari ini.

Bagaimana kita hendak menyesuaikan fakta (penemuan Sains) ini dengan Islam. Bilakah Nabi Adam a.s. diutus di muka bumi. Ini tidak dapat dipastikan. Tetapi berdasarkan kepada petunjuk anthropoli boleh dianggarkan sekitar 30 hingga 40,000 tahun yang lalu. Homo sapien (neandertal) dikatakan pupus disebabkan oleh saingan dari Homo sapien sapien (cro magnon) yang muncul sekitar zaman tersebut. Mungkinkah yang dirujuk sebagai cro magnon adalah turunan Nabi Adam a.s.Ini adalah agak munasabah kerana Nabi Musa a.s diutus sekitar 6,000 tahun yang lalu; Nabi Isa sekitar 2,000 tahun dan Rasulullah SAW sekitar 1,400 tahun.

Ini membawa kepada satu soalan menarik. Apakah sudah ada manusia lain sebelum Nabi Adam a.s. dicipta dan diutus ke bumi. Jawapannya Wallahu'alam. Namun ayat dari surat al-Baqarah ayat ke 21 & 30 menceritakan tentang peristiwa penciptaan Adam di mana malaikat bertanya kepada Allah 'apakah Engkau akan mencipta manusia di bumi yang akan menumpah darah dan melakukan kerosakan sedang kami sentiasa bertasbih kepada Engkau' Jawab Allah 'Aku lebih mengatahui apa yang tidak engkau ketahui'. Ayat ini menunjukkan seolah-olah sudah ada kejadian sebelum Adam dan mereka ini menumpahkan darah (berbunuh-bunuhan). Apakah mungkin malaikat merujuk kepada makhluk-makhluk seumpama manusia atau yang mendahului manusia spt yg ditemui oleh penyelidik anthropology?

Sebagai seorang muslim kita beriman dengan apa yang diturunkan oleh Allah. Penemuan Sains sebenarnya mengukuhkan lagi hakikat ini. Masalah besar yang melanda ilmu pengetahun moden yang menolak Islam dan agama ialah menggunakan fakta-fakta ini bagi merumuskan sesuatu berdasarkan pemikiran manusia semata-mata. Maka timbullah teori evolusi nukilan Charles Darwin yang mendakwa manusia berasal dari monyet. Penemuan anthropologi mengukuhkan lagi teori Darwin. Sedangkan apa yang berlaku ialah Allah menggantikan satu makhluk dengan makhluk yang lain. Silih bergantinya makhluk bukan disebabkan oleh evolusi di mana satu makhluk berubah menjadi makhluk yang lain tetapi digantikan dengan kemunculan makhluk yang baru.

Satu fakta yang boleh menyokong perkara ini ialah penemuan species baru yang masih berlaku sehingga hari ini. Sebagai contoh species serangga yang telah dikenal pasti ialah sekitar 800,000 species. Saintis menganggarkan ada sekitar 30 juta species serangga yang belum ditemui berdasarkan kepada kadar penemuan-penemuan baru dan tempat-tempat yang belum diteroka. Di manakah 30 juta species ini, adakah ianya ada tetapi belum ditemui atau dalam proses penciptaan oleh Allah SWT? Wallahu'alam, akal kita lemah untuk menjangkau ilmu Allah yang maha luas dan serba mencakupi.

Saya mencadangkan saudara membaca buku yang ditulis oleh Maurice Bucaille yang berjudul 'the origin of man' (sudah diterjemah - Asal-usul manusia). Di dalamnya beliau menjelaskan isu kejadian Adam dalam konteks penemuan paleontology (kaji fossil) dan anthropolgi.