Google

Wednesday, September 19, 2007

Lirih Pengungsi Di Bulan Suci


Oleh : Jajang Fadli
(Koordinator Aksi KRU)

“Lai jadi awak bali baju baru untuak rayo, Mak ?…, bisik galau seorang gadis kecil dibawah sebuah tenda darurat, didalam dekapan seorang ibu, di atas sebuah bukit, di ujung paling selatan ranah ini. Hening…. tidak ada jawaban, cuma dekapan ibu yang semakin erat pada anaknya membuat anaknya yang biasanya rewel kali ini diam seolah mengerti arti sebuah dekapan. Kembali sunyi,……..alampun seolah mengerti dengan kesedihan dua insan ini, hujan rintik dan angin yang dingin menusuk tulang membuat kedua insan ini sedikit terhibur tenyata alampun memperlihatkan kepeduliannya dengan ikut sedih dan diam dalam dingin bersama mereka.

Angin dingin membelai rambut gadis kecil seolah ingin menghibur sigadis dalam kegalauannya. Si anak berlirih,“Cubo dalam kondisi kini ayah masih ado yo mak… tantu……. “Sudah lah nak ayah lah tanang di tampek lain”, bisik si ibu di telinga anaknya. Rembesan air tenda menetes di dahi si Ibu seolah ikut berbagi dalam kenangan kesedihannya.
Si Ibu dekap anaknya semakin erat, saat ini…Cuma ini harta yang paling beharga yang dimilikinya saat ini. Kembali pikirannya melayang ke masa lalu saat suami masih disisinya, hidup terasa lebih ringan ketika berbagi bersama. Hidup menjadi terasa berat ketika suami harus pergi untuk selamanya. Alhamdullilah mediang orang yang gigih ketika pergi tinggalkan sebuah rumah yang mungil indah….. namun kini….. rumah mungil yang indah itupun ikut menjadi kenangan….. puing-puing berserakan.

Si gadis kecil benamkan wajah didada ibunya mencari setetes kenyamanan ditengah dingin yang menusuk tulang. Hatinya masih belum bisa mengerti….kenapa……, kenapa tiba-tiba bumi berguncang?, ..kenapa tiba-tiba ibu meraihnya dan berlari keluar rumah ?….. kenapa rumah yang penuh kenangan tawa canda bersama ayah tercinta kini direnggut pula darinya ?. Ditengah kebingungannya dia tertidur, seberkas senyum tergurat diwajahnya karena terasa seolah ayah kini hadir disisi mereka.

Dibalik awan sang bulan muncul dan tersenyum, seolah berkata “hai ibu selalulah bersabar, karena dibalik kesusahan itu selalu ada kemudahan….dibalik kesusahan itu selalu ada kemudahan. Rintik hujan menghilang digantikan cerahnya malam dan ribuan bintang menampakan diri seolah mereka berbagi memberikan senyumnya.
Ada ratusan, atau mungkin ribuan gadis kecil saat ini didekap ibunya dibawah tenda-tenda darurat yang lirih hatinya apakah lebaranpun akan direnggut darinya, Ada ratusan atau mungkin ribuan ibu saat ini mendekap anaknya di bawah dinginnya malam yang galau hatinya akankah ada tawa ceria buah hatinya di hari raya nanti. Ribuan bintang kembali tersenyum, dan seolah berkala ,”Ibu yakinlah…..disisi lain belahan bumi ini ada ratusan atau mungkin ribuan tangan-tangan dermawan yang akan berbagi senyum, sehingga senyum lebaran tidak akan direnggut dari wajah buah hatimu”…

Rekening Berbagi senyum untuk korban gempa pesisir selatan.

Please donate to
‘Tabung Gempa Sumatra’
Nama Akaun: Pertubuhan Jamaah Islah Malaysia
Bank: Malayan Banking Berhad – 562209608847
Maklumkan kepada: Ukh Ee di Ibupejabat JIM.

0 comments: