Google

Wednesday, December 10, 2008

Menjadi Soleh dengan Berdakwah

Menjadi soleh adalah satu kemestian bagi setiap Muslim kerana ianya isi al-Quran itu sendiri. Jika tidak mengamalkan al-Quran, apalagi nilai seorang muslim? Lebih-lebih lagi yang mengaku da'ie. Jika da'ienya tidak soleh, bagaimana bisa dibayangkan satu masyarakat akan menjadi baik? Mustahil. Faqidu syai'in la yu'thi kan? Tetapi, untuk menjadi soleh bukan hal yang mudah. Termasuk bagi yang dikenal sebagai da'ie.

Saya bertemu seorang ikhwah yang dah lama tak muncul. Saya tanyakan, "Mengapa?" Jawabnya, "Saya tak sangguh menjadi da'ie. Bagaimana saya mengajak masyarakat, sementara saya sendiri jauh dari nilai yang saya serukan?" Ingatkah akan firman Allah, "Wahai orang-orang yang beriman, mengapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amar besar kebencian di sisi Allah bahawa kamu mengatakan yang tidak kamu kerjakan," (61:2-3)

Apalagi jika kita renungkan firman Allah swt, "Dan diantara manusia itu ada yang mengatakan, 'Kami beriman kepada Allah dan hari Akhirat,' padahal sesungguhnya mereka itu bukanlah orang-orang yang beriman." (2:8)

Ayat ini berbicara tentang orang munafik yang suka mengatakan kebaikan tetapi hati mereka mengingkarinya. Dalam hal ini ibnu Kathir menjelaskan, kemunafikan ada dua jenis: pertama, nifaq i'tiqadi (munafiq sejati). Para ulama' sepakat, mereka ini kafir dan kekal di dalam neraka. Kedua, nifaq 'amali. Ini termasuk dosa-dosa yang sangat besar. Juga masuk neraka, tetapi tidak kekal kerana masih muslim.

Itu bererti mereka yang suka mengatakan, terlebih mengajak pada kebaikan tetapi sendiri tidak melaksanakannya, termasuk dalam ketegori munafik yang kedua. Na'uzubillah. Tentu, tidak ada seorang pun yang punya hati ingin jadi munafik. Maka, "Lebih baik tidak berdakwah daripada jatuh ke dalam kemunafikan," ulah yang biasa dijadikan alasan futur dalam dakwah.

Saya memahami 100% perasaan seperti itu. Jujur saja, fikiran seperti ini pernah hinggap di benak saya. Alhamdulillah, Allah melindungi saya dari terus dihantui. Saya memahaminya sebagai penyakit mental yang dimasukkan syaitan dalam jiwa para da'ie yang ikhlas berdakwah di jalan Allah. Syaitan memang tidak ingin dakwah dan tarbiyah berkembang dan berkibar di muka bumi. Maka, dicampakkanlah ke dalam hati para da'ie sikap ragu-ragu.

Human Basic Need

Dakwah adalah keperluan manusia secara universal. Ertinya, setiap manusia, di mana pun ia berada, tidak akan pernah bisa hidup dengan baik tanpa dakwah. Dakwahlah yang akan menuntun manusia pada kebaikan. Maka, jangan pernah terfikir untuk menjauh dari dakwah dengan alasan apa pun. Semakin kita merasa berat meniti jalan Islam, semakin besar pula keperluan kita terhadap dakwah.

Rasa Tanggungjawab

Satu kenyataan yang harus kita sedar, jika dengan mengajar kita akan bisa optimum dalam belajar, maka dengan dakwah kita akan lebih optimum menjadi baik. Mengapa? Ini menyangkut rasa tanggungjawab sosial kita. Ertinya, jika kita mengajak orang lain kepada kebaikan, pada masa yang sama juga kita mengajak diri sendiri. Fitrah kemanusiaan akan menggerakkan kaki kita. Ianya 'common sense' untuk merasa malu jika kita mengatakan apa yang tidak kita kerjakan.

Jangan risau, rasa tanggungjawab akan tumbuh dan berkembang seiring proses kedewasaan kita. Dalam hal ini, jika kita aktif berdakwah maka rasa tanggungjawab itu akan tumbuh dengan sangat kuat dalam diri kita untuk menyesuaikan antara apa yang akan kita lakukan dengan aya yang kita katakan.

Lingkungan Sosial Dakwah

Dengan berdakwah, seorang da'ie akan selalu berada dalam lingkungan sosial dakwah. Sebahagian ahli sosiologi berpendapat, lingkungan sosial memberi pengaruh lebih dominan bagi seseorang berbanding fakto-faktor lain.

Ketika berdakwah, sebenarnya kita sedang membina keadaan yang kondusif untuk kita menjadi baik. Di sana kita akan mendapat tempat istimewa di mata masyarakat. Mereka memandang kita sebagai teladan. Mahu tidak mahu, dipaksa oleh keadaan untuk menjadi contoh. Kerana menjadi contoh, kita akan bersikap sangat hati-hati. Jangankan berbuat maksiat, bahkan ketawa pun akan berhati-hati.

Dengan demikian, seorang da'ie berpeluang menjadi da'ie tiga kali ganda daripada yang bukan da'ie. Itu kerana ketika mengingatkan orang lain untuk istiqamah dalam kebaikan, sesungguhnya, pada saat yang sama mengingatkan diri sendiri. Kan kalau jari telunjuk dituding ke depan, pada masa sama tiga jari lain menunjuk diri kita sendiri? Lebih kurang lah gamabarannya.

Maka, adalah sangat keliru jika kerana takut dimurkai Allah kerana mengatakan apa yang tidak kita kerjakan, lalu kita tinggalkan dakwah. Justru dengan rasa takut dimurkai Allah kalau mengatakan apa yang tidak kita lakukan itu memacu kita lebih cepat lagi dalam memproses diri untuk menjadi lebih baik dan terus semakin baik.

Itu bererti kita harus lebih kencang dalam dakwah dan tarbiah!!!

1 comments:

Unknown said...

Alhamdulillah...bertambah semangat ana ntuk terus dan terus berkecendung dlm aktivitas dakwah...post yg cukup baik!!!