Ramai para da'ie akan melalui fasa seperti ini. Merasa bimbang diri akan terjatuh ke lembah kemunafikan. Setelah penat lelah berdakwah, timbul penyesalan pada diri, "Aku tak layak berdakwah!". Alasan seperti ini sudah tentu banyak yang kita dengan dari yang futur. Justru dengan mereka menghindar dari dakwah, keadaan diri mereka lebih parah. Jauh lebih tidak layak bergelar muslim sejati.
Hanzalah bin Ar-Rabi' seorang sabahat Rasulullah yang tidak pernah surut semangat jihadnya juga tidak terlepas perasaan seperti itu. Sebagai manusia biasa, Hanzalah bisa merasakan lelah dalam beramal dan terbuai-buai dengan "urusan-urusan" dunia.
Disebut dalam satu riwayat, dia berkata, "Suatu saat, Abu Bakar ra menemui saya dan menyapa, "Apa khabar, wahai Hanzalah? Saya jawab, "Hanzalah telah menjadi munafik." Dia berkata, "Subhanallah! Apa yang kamu katakan?" Saya jawab, "Bagaimana saya tidak munafik. Jika saya hadir di samping Rasulullah beliau mengingatkan saya dengan syurga dan neraka, saya melihat seolah-olah syurga di depan mata. Tapi, bila pulang ke rumah bertemu anak isteri semuanya dilupakan dan saya tenggelam dalam urusan dunia." Abu Bakar berkata, "Demi Allah, saya juga seperti itu, wahai Hanzalah." Maka kami menghadap Rasulullah.
Saya berkata, "Wahai Rasulullah, Hanzalah telah menjadi munafik." Beliau bertanya, "Ada apa wahai Hanzalah?" Saya berkata, "Wahai Rasulullah, apabila kami hadir di majlis-majlismu dan engkau mengingatkan kami dengan syurga dan neraka, kami melihat seolah-olah syurga berada di depan mata. Tapi kalau sudah pulah ke rumah bertemu dengan anak dan isteri, semuanya dilupakan dan kami tenggelam dalam keasyikan urusan dunia."
Rasulullah saw pun berkata,
"Demi Allah yang diriku berada dalam genggamanNya, seandainya kami selalu dalam kondisi seperti ketika kami di sisiku dan selalu ingat, (akan akhirat dan ketaatan kepada Allah), tenti para malaikat akan selalu menyertai kami di tempat tidurmu maupun di jalan-jalan. Tetapi sewaktu-waktu, wahai Hanzalah, sewaktu-waktu." Rasulullah saw mengulangi kalimah "sewaktu-waktu" sebanyak tiga kali. (hr Muslim)
Maksud Rasulullah, ada saatnya kita berada dalam ingatan akan akhirat dan ketaatan kepada Allah, tetapi pada waktu lain juga bisa tenggelam dalam kesibukan dunia, harta dan keluarga, sehingga kehidupan akhirat seolah-olah dilupakan. Itu adalah hal yang manusiawi. Tetapi tidak sebagai alasan untuk menjadi talam dua muka. Ketika di kampus rajin solat berjamaah tetapi di rumah asyik di depan tv lalu dengan senang hati berkata aku ini manusia, apa boleh buat.
"Setiap amal ada masa semangatnya, dan setiap semangat ada masa lelahnya. Barangsiapa yang lelahnya dalam sunnahku (tidak bermaksiat), maka dia memperoleh petunjuk. Dan barangsiapa yang lelahnya di luar itu maka dia telah tersesar." (hr al-Bazzar dari Ibnu Abbas)
Thursday, December 11, 2008
Da'ie Juga Manusia
Posted by antamuSlim at 11.12.08
Labels: da'ie, dakwah, Dakwah dan Tarbiyyah, manusia, Tazkiyatun Nafs
0 comments:
Post a Comment