Alhamdulillah, sekembali dari indonesia, dibawa buah tangan sikit, mudah-mudahan dapat mengurangkan kos perjalanan serba sedikit. Stok yang ada disertakan sekali.
1. Fiqih Dakwah, Jum'ah Amin Abdul Aziz (3 2 1 ) - RM 30
2. The 7 Islamic Daily Habits, Harjani Hefini, MA (1 copy) - RM 30
3. 60 Sirah Sahabat Rasulullah SAW, Khalid Muhammad Khalid (3 2 1 copy) - RM 50
4. Pilar-pilar Kebangkitan Umat, Prof Dr. Abdul Hamid Al-Ghazali (1 copy)- RM 30
5. 35 Sirah Sahabiyah, Mahmud Al-Mishri Jilid 1 & 2 (1 copy) - RM 78
6. Pendidikan Anak Dalam Islam, Dr. Abdullah Nashih Ulwan Jilid 1 & 2 (1 copy) - RM 90
7. Memoar Hasan Al-Banna Hard Cover (1 copy) - RM40
Penghantaran PERCUMA ke seantero Malaysia
Semua buku yang dibeli akan siap dibalut dengan clear plastik, dengan balutan yang sangat kemas, dari tangan yang penuh seni. :) . Penjual adalah seorang manusia, jadi boleh deal-deal lagi i.Allah. Tapi kasihanlah juga pada manusia ini ya..
Boleh contact saya melalui ym. mhma56
*Gambar akan diupload nanti
Sementara stok masih ada
Sunday, May 31, 2009
Buku-buku Untuk Dijual - Murah kot..
Posted by antamuSlim at 31.5.09 2 comments
Friday, May 29, 2009
'Baitul Muslim'?? - revised
Lama bercuti dari blog, atas kesibukan tertentu, termasuk final exam yang baru habis. Rasa kaku jari jemari nak menaip panjang-panjang. Bukan tiada idea, tapi tak tahu bagaimana harus dimulakan. Satu perkara yang dari dulu menjadi persoalan saya, mungkin termasuk juga orang-orang yang mengambil berat akan hal ini.
Pernah dengar baitul muslim? bukan baitul muslim keluarga muslim yang baru nikah tu, tapi sistem baitul muslim dalam jemaah. Maksudnya ada satu badan yang menguruskan ahli-ahli jamaah yang ingin menikah, sebagai satu langkah menjaga tata tertib dan kesucian 'baitul muslim' yang bakal dibina.
Ikhwah akhwat yang ingin menikah, perlu/mesti mengisi borang, dan kemudian diserahkan pada lujnah 'baitul muslim', dan mereka ini dipasangkan mengikut kesesuaian dari segi gerak kerja, sifat dan lain-lain, kemudian ditemukan untuk berta'aruf, dengan kehadiran orang perantara.
Bunyinya nampak macam indah, subhanallah.. itulah kesucian Islam. Tapi ada satu masalah besar yang melanda lujnah-lujnah yang semacam ini, rasanya semua dapat mengagak, iaitu fenomena akhwat jauh lebih ramai yang mengisi borang berbanding ikhwah.
"Dunia ni perempuan semakin ramai, biasalah tu."
Tapi bila diteliti, dari segi pendataan, pada program-program, macam sama banyak ikhwah dengan akhwat. Tapi dimana ikhwah? Saya dah tak larat untuk berhusnu zon dengan mereka ini, kerana banyak kejadian-kejadian di depan mata saya, dan juga luahan dari makcik-makcik dan pakcik-pakcik.
Bak kata seorang makcik, yang tidak ingin dikenali, katanya "Sistem ada, tapi orang tak go through sistem. Biarlah proposal atau standard of procedure hebat macam mana pun, menang award sekalipun kalau orang tak guna sama saja macam takda. Bukan masalah sistem, tapi customer kepada sistem yang bermasalah."
Ya, bila daie sudah tidak percaya pada sistem, inilah padahnya. Sistem yang sepatutnya bertindak sebagai sebuah wasilah untuk menjaga kesucian muamalah lelaki perempuan akhirnya telah diratah awal-awal sebelum prosesnya lagi. Waktu-waktu berdakwah sebenarnya digunakan sepenuhnya untuk mengisi hati dengan menghala dada pada panahan syaitan. Di kala orang mencari redho Allah, mereka ini mencari pasangan.
Mentang-mentang janji Allah perempuan baik untuk lelaki baik, lalu datanglah konsep berdakwah kerana ingin jadi baik kerana ingin perempuan baik. Itu sahaja tujuannya. Tarbiyah jiwanya entah ke mana, keaslian dakwahnya jauh menghilang, diteruskan juga kerjanya dengan hati yang penuh mengharap. Tapi bukan mengharap rahmat Allah.
"Moga satu hari nanti akan ku temui cinta itu ya Allah.."
Sepanjang masa dalam hidupnya, itulah yang menjadi moto. Lalu sama-sama kita check and balance, kalau rasa terhantuk la. Kalau tak, alhamdulillah. Selama ini bagaimana perilaku kita dalam dakwah. Hanya kita saja yang tahu siapa diri kita yang sebenar selain Allah yang Maha Tahu.
Program bercampur ikhwah dan akhwat. Meeting bersama-sama, orang tu buat lawak, si dia gelak. sms dan call itu keperluan katanya. Sebab itu saya kata menghala dada kepada panahan syaitan. Sehingga sampai satu tahap ikhwah akhwat berbalas sms bertanya khabar, wish itu wish ini memberi nasihat dan lain-lain. Katanya kalau nasihat takpa, yang tak boleh bermadu asmara. Aduh, macam babi yang dipakaikan baju ayam. Dan ada yang saya lihat sendiri di tempat belajar saya siap bertukar hadiah hari jadi.
Belum lagi dikira kommunikasi di alam maya. Friendster, facebook, blog, dan lain-lain. Katanya jadi wasilah untuk berdakwah. Tapi ternyata hanya kulitnya sahaja. Tulisan atau paparan hanya untuk menarik orang. Jauh sekali cuba untuk benar-benar ikhlas. Bila dapat komen gelak tawa, mulut jadi lebar. Bahasanya indah sekali, akhi dan ukhti. Tapi isinya bukan sahaja kosong, tapi terlalu kotor bagi diri yang menggelar diri mereka da'ie.
Bila hati dah parah, macam orang hisap rokok boleh xray, tapi hati macam ni tak boleh xray, lalu sampailah adegan lamar-melamar. Yang ikhwan seronok dan rasa sungguh lelaki dengan tindakannya melamar terus si akhwat. Si akhwat langsung dalam delima, ini betul atau salah? Lalu dengan sepenuh hati, istikharah jadi jalan penyelsaian.
Sekarang kita dapat melihat kesannya secara jelas. Sistem baitul muslim dilambaki akhwat-akhwat yang rasa dirinya tak mampu nak cari sendiri, atau rasa-rasa tak laku (i.allah lebih ramai yang ikhlas). Yang ikhwannya samada menikah dengan pilihan akal dan otak yang ditune oleh syaitan lalu selepas nikah langsung menyepi dari arena dakwah, dan ada juga yang menikahi perempuan biasa, yang dapat memuaskan nafsu pandangan matanya, dengan alasan nanti boleh ditarbiyah, tambah akhwat lagi. Dan akhwat juga terpaksa tunggu giliran di kaunter baitul muslim. Dua-dua terkena tempiasnya.
Astaghfirullah, na'uzubillah min zalik. Mudah-mudah segala tekaan saya sekadar inferense awal yang salah. Jika betul, sama-sama kita perbaiki diri kita. Ikhlaskan niat kita dalam berdakwah. Tingkatkan amal ibadah kita. Jangan jadi orang bodoh sombong bila rasa seronok, kita terima. Bila rasa sakit terhantuk, langsung marah-marah dan terus menolak.
WA
Posted by antamuSlim at 29.5.09 15 comments
Monday, May 11, 2009
Hafal Al-Qur'an Dalam Sebulan!
Stok Sudah HABIS!
(namun boleh order lagi, akan ada trip2 lain ke indonesia, ana boleh belikan)
Bagus bacaannya moga mendapat banyak manfaat dan bisa menghafaz Al-Quran
Apakah Anda sudah menyerah untuk menjadi seorang Hafidz atau penghafal Al Qur’an? Apakah Anda sudah menerapkan berbagai metode dan tips agar dapat menghafal Al Qur’an, akan tetapi Anda tidak juga berhasil?
Padahal, apabila Anda hafal Al Qur’an, Anda akan mendapatkan kedudukan yang tinggi di sisi Allah, mahkota kehormatan akan disematkan dia atas kepala Anda, Anda akan mendapatkan nikmat seperti nikmat yang dimiliki para Nabi, dan mendapatkan berbagai keutamaan lainnya.
Melalui buku ini, Ir.Amjad Qosim coba menawarkan metode menghafal Al Qur’an dalam waktu yang singkat. Tidak tanggung-tanggung, hanya dalam waktu sebulan, Anda dapat mengahafalnya secara keseluruhan, jika Anda mau menerapkan metode yang ia tawarkan.
Bukan cuma para santri dan mereka yang masih muda belia, yang dapat menerapkan metode ini, siapapun bisa. Karena di dalam satu bab, penulis memaparkan tiga pengalaman yang kesemuanya adalah ibu rumah tangga, yang memiliki tugas dan kewajiban untuk mengurus rumah tangga dan mendidik anak. Dengan semangat yang tinggi dan diiringi doa, akhirnya merekapun dapat menghafal Al Qur’an dalam waktu yang singkat.
Karena begitu menarik dan pentingnya buku ini, maka kami berusaha menghadirkannya ke hadapan Anda. Semoga dengan hadirnya buku ini, kita akan terpacu lebih giat lagi untuk menghafal Al Qur’an. Selamat mengambil manfaat dari buku ini.
DAFTAR ISI
• Mukadimah• Bagaimana Mungkin Menghafal Al-Qur’an Hanya dalam Waktu Sebulan?
• Bagaimana Cara Meningkatkan Kesungguhan dan Menguatkan Tekad untuk Mencapai Tujuan?
• Karakteristik Orang-orang yang Memiliki Kesungguhan Tinggi (Himmah ‘Aliyah)
Faktor-faktor yang Dapat Meningkatan Kesungguhan
• Pengalaman Para Penghafal Al-Qur’an yang Berhasil Mengkhatamkan Hafalannya dalam Waktu Singkat
Pengalaman Ukhti Iman
Pengalaman Ukhti Ummu Zayid
Pengalaman Ummu ‘Ashim
• Perjalanan untuk Menemukan Jati Diri
• Langkah Praktis Sebelum Memulai Hafalan
1. Mengikhlaskan Niat
2. Mengenali Karakteristik Akal manusia
3. Menentukan Tujuan
4. Mencari Motivasi yang Paling Kuat untuk Menghafal Al-Qur’an
5. Mengatur Waktu
6. Memilih Tempat yang Paling Tepat untuk Menghafal
7. Mengambil Nafas Dalam-dalam
8. Meningkatkan Konsentrasi
9. Mengulang-ulang Hafalan
10. Rutin Menghafal
11. Memperhatikan Faktor Lain yang Dapat Membantu Menghafal Al-Qur’an
• Seni Mengkonsentrasikan Pikiran
Sebelas Hambatan Konsentrasi
Lima Langkah untuk Mendapatkan Ketrampilan Berkonsentrasi
• Kiat Melepaskan Diri dari Berbagai Penghalang dalam Menghafal Al-Qur’an dan Melakukan Muraja‘ah
(Mengulang-ulang Hafalan)
• Sebab-sebab yang Membuat Para Penghafal Al-Qur’an Mampu Menghafal dalam Waktu Singkat
• Metode Menghafal Al-Qur’an
Metode yang Efektif untuk Mempertahankan Hafalan dalam Waktu yang Lama
Metode Lain yang Efektif untuk Melakukan Muroja’ah dan Menghafal dengan Cepat
Syarat yang Harus Dipenuhi
Faktor-faktor Pendukung
• Metode Muraja‘ah Hafalan Al-Qur’an
Kaidah dalam Melakukan Muraja‘ah
• Doa-doa agar Dimudahkan dan Dimantapkan dalam Menghafal Al-Qur’anul Karim
• Kata Penutup.
Posted by antamuSlim at 11.5.09 6 comments
Friday, April 17, 2009
Jiwa Rabithah yang Hilang: Sebelum Melangkah Lebih Jauh, Mari Kuatkan Ikatan Cinta Kita
Hadith yang di atas adalah sebuah hadith yang masyhur, diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim yang seharusnya menggugah kita. Ia mempunyai makna agung yang menjadi landasan keimanan kita, tentang makna kecintaan kepada Allah swt dan Rasulullah saw, kecintaan satu sama lain di antara kita, dan keteguhan kita yang sangat kuat untuk tetap di atas jalan keimanan.
Tahap paling pertama yang harus tertancap dalam hati kita adalah cinta kepada Allah. Kecintaan yang menjadi salah satu unsur tujuan keberadaan kita di muka bumi, iaitu mengabdikan diri kepada Allah. Pengabdian atau ubudiyah kepada Allah tak mungkin ada sehingga kita memiliki dua sifat yang saling melengkapi, iaitu sifat adz-dzill atau rendah, hina, kerdil di hadapan Allah dan sifat mahabbah atau cinta kepadaNya. Itulah yang pernah dinukilkan oleh Imam Ibnu Taimiyah ra ketika menjelaskan maksud ibadah,
"Ibadah yang diperintahkan Allah swt mengandungi makna dzill dan makna mahabbah. Yang dikehendaki oleh Allah swt adalah kemuncak sikap dzill dan mahabbah kepadaNya."
(Kitab Al-Ubudiyah, Ibnu Taimiyah)
Kerana itu Rasulullah menjelaskan dalam hadith di atas, bahawa manisnya iman itu tak mungkin dirasakan kecuali dengan mencintai Allah dan RasulNya. Itulah asasnya. Huraian Rasulullah yang lanjut dalam hadith ini semuanya kembali kepada kecintaan kepada Allah swt, sebagai landasannya. Cinta kepada Rasulullah adalah buah dari cinta pada Allah. Mencintai saudara seiman adalah buah dari cinta pada Allah. Kekuatan kita berpegang teguh pada petunjuk Allah, bertunjang dari landasan kecintaan pada Allah.
Kecintaan pada seseorang kerana Allah juga berdiri di atas prinsip kedekatan kita kepada Allah. Kedekatan Allah terpencar dari sikap menyerah dan tunduk kepadaNya. Ertinya, semakin dekat dan tunduk kepada Allah, semakin memancarlah kecintaannya pada muslim yang lain.
Kalau kita telusuri apa yang ditulis oleh Imam Ibnu Hajar ra, mengutip apa yang dikatakan Al Baidhawi, "Ketiga-tiga hal dalam hadits itu adalah simbol dan tanda yang jelas bagi sempurnanya keimanan seseorang. Kerana bila seorang Muslim merenungi bahawa yang maha memberi nikmat hanyalah Allah, bahawa tidak ada yang Maha Mengizinkan dan Melarang selain Allah, bahawa Rasulullah saw adalah nabi yang diutus menjelaskan kehendak Allah, maka buah dari itu semua adalah seorang itu tidak akan mencintai yang lain kecuali dicintai Allah. Dia tidak mencintai sesuatu melainkan kerana Allah. Dia juga harus yakin sepenuh hati apa yang dijanjikan Allah. Dia menganggap majlis2 zikir itu taman-taman syurga. Dia lalu menganggap kembali kepada kekufuran seperti menjerumuskan diri ke dalam neraka." (Disarikan dari kitab Fathul Bari Syarh Sohih Bukhori)
Lalu, yang dimaksudkan dengan "halawatul iman" dalam hadith ini adalah suasana kenikmatan, ketenangan, lapang, kesejukan jiwa yang muncul dalam diri seorang mukmin ketika dia hal-hal itu.
Perhatikanlah lebih dalam, falsafah dari kata "halawatul iman" itu. Rasa manis, enak dan lazat itu biasanya dikecap oleh lidah dari sesuatu yang lahir atau nyata. Sedangkan dalam hadith ini disebutkan untuk menggambarkan suasana hati dan jiwa kaum beriman terhadap sesuatu yang bersifat batin, tidak nyata. Bayangkanlah betapa dalamnya makna dari halawatul iman dalam hadith ini.
Dengan latar belakang makna cinta seperti itulah, do'a Rabithah menyebutkan, "hati-hati kami berhimpun dalam cinta kepada-Mu". Itu kerana kecintaan kita kepada Allah, berbanding lurus dengan perhimpunan kita dalam jalan ini, sesama saudara dalam keimanan. Selanjutnya, ungkapan "hati-hati kami berpadu dalam ketaatan kepada-Mu," bererti ketaatan kepada Allah lah yang menyebabkan semakin terikat kuatnya perpaduan hati-hati kita. Atau dengan kata lain, jika jauh dengan Allah, maka ikatan itu akan terlerai. "hati-hati kami bersatu dalam menyeru-Mu" bererti perpaduan hati kami ini juga telah terjadi kerana kami mengajak dan berdakwah untuk kembali kepada-Mu. Berdakwah menjadi syarat yang penting diperhitungkan dalam peranannya mempersatukan kita umat Islam. Amaliyah dakwah yang banyak akan semakin mempersatukan hati dan jiwa. Bila berkurang amaliyah dakwah, bererti potensi hambatan tautan hati dan jiwa akan semakin besar. Kemudian, "hati-hati kami saling berjanji untuk menolong syari'at-Mu", adalah komitmen yang sangat penting untuk menjalin kebersamaan hati dalam saling cinta, dalam ketaatan, dalam do'a, dalam janji setia demi tegaknya syariat Allah.
Benang merah seluruh teks dalam do'a Rabithah ini adalah permohonan dan pinta yang merujuk kepada al-quluub, atau hati-hati mereka yang membacanya. Dengan kata lain, seluruh permintaan yang ada dalam do'a Rabithah selanjutnya adalah rangkaian permintaan kepada Allah untuk membina hati-hati para pejuang dakwah, memberi bekal bagi hati para pejuang dakwah, dan meletakkan hati mereka dalam keredhaan Allah, hingga titik akhir kehidupan ini.
Secara tidak langsung, lafaz-lafaz itu menegaskan bahawa raabithatul qulub atau ikatan hati, jalinan jiwa, hubungan batun antara para pejuang dakwah merupakan syarat dan dasar utama yang sangat penting bagi berlangsungnya sebuah misi dakwah itu sendiri. Tanpa itu, dakwah mungkin saja berjalan, tapi akan direntangi fitnah, banyak dicemari konflik, mudah dikotori oleh perasaan mazmumah yang akhirnya menyulitkan tujuan dakwah itu sendiri.
Semoga Allah mempermudahkan urusan orang-orang yang saling mencintai kerana-Nya. Allah mendatangkan jalan keluar dari urusan orang-orang yang saling mencintai kerana-Nya, dari arah yang tidak diduga-duga. Sebelum melangkah lebih jauh, mari tumbuhkan cinta dan kasih sayang sesama kita, sesama kaum muslimin seluruhnya.
Posted by antamuSlim at 17.4.09 0 comments
Tuesday, April 07, 2009
Tarbiyah Menuju Dunia Syurga
Masalahnya, ternyata belum semua da'ie mampu merasakan kenikmatan hidup seperti itu. Bahkan, tidak sedikit da'ie yang masih merasakan ibadah sebagai beban yang berat. Sementara pelbagai perkara syubhat juga masih belum dapat ditepis dari kehidupan sehariannya.
Lalu, bagaimana caranya supaya kita dapat merasakan kelazatan hidup di bawah naungan Islam seperti para sahabat Rasululullah dan yang dicontohkan para tabi'in? Tidak diragukan lagi, kita harus mampu mencapai darjat rabbani dalam kehidupan kita. Sedangkan untuk mencapai darjat rabbani kita mesti menempuh jalan ruhiyah yang terkadang sangat panjang dan melelahkan. Tarbiyah kita selama ini sesungguhnya telah membimbing kita dalam menempuh jalan itu. Tapi sayang, ramai 'jammed' di tengah jalan. Bukan dalam erti kata berhenti tarbiyah, tapi proses tarbiyah yang sekian lama ditempuh tidak membawa apa-apa peningkatan dalam darjat rabbaniyah yang signifikan dalam hidupnya. Abikatnya, tarbiyah sendiri justru menjadi beban tambahan, setelah ibadah, dalam hidupnya.
Sudah tentu, ini merupakan persoalan besar dalam dakwah kita, sehingga kita perlu memberi ruang yang lebih untuk peningkatan darjat rabbaniyah ini. Selain liqa'-liqa' rutin tiap minggu, program-program khusus seperti mukhayyam, mabit, ziarah kubur dan lain-lain sangat perlu dilakukan, mengiringi semakin padatnya tugas-tugas pengembangan dakwah.
Dalam hal ini peranan murobbi sangat penting. Mereka harus memberikan taujih atau menyampaikan bahan-bahan tarbiyah secara "menggigit". Semakin cepat perjalanan dakwah ini kita gesah, semakin kencang tuntutan "gigitan" tarbiyah yang kita perlukan.
Ya, dakwah yang menggigit. Tarbiyah yang menggigit. Itulah jawapannya. Murobbi yang mampu menghadirkan syurga dalam liqa'nya. Murobbi yang tak pernah bosan dan tak pernah kehabisan akal dalam membimbing mad'unya untuk menapaki jalan tarbiyah yang panjang ini. Dan untuk itu, semua pihak harus turun membantu, turut memberikan kerjasama dalam sinergi yang indah. Sehingga liqa'-liqa' tarbiyah menjadi taman-taman syurga bagi kita, yang insyaAllah akan sentiasa dirindu dan ditunggu-tunggu masanya.
Posted by antamuSlim at 7.4.09 0 comments
Sunday, April 05, 2009
ya Allah..
Segala puji hanya milik Allah. Rabb yang telah memuliakan orang-orang yang berkomitmen dengan Islam dan dakwah. Tuhan yang telah menyatukan hati para da'ie yang berjuang di jalan-Nya dalam ikatan ukhuwah Islamiyah. Allah-lah yang telah memilih kita menjadi orang-orang yang memahami Islam, lalu termotivasi untuk mengisi hari-hari kita dengan dakwah Islam. subhanallah.. walhamdulillah.. wallahuakbar!
Kita bersaksi bahawa tiada tuhan melainkan Allah dan Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya. Dialah penghulu pada nabi dan pemimpin para da'ie. Semoga shalawat dan salam sentiasa tercurah untuk dia, para sahabat, keluarga dan para da'ie yang sentiasa komitmen di jalan Allah. Para da'ie yang hadir di tengah-tengah kancah dakwah sebagai da'ie sejati, bukan da'ie yang menjadikan dunia sebagai tujuan dakwahnya.
Bagi seorang da'ie sejati, saat menapaki jalan dakwah merupakan saat pembuktian janji kepada Allah dan Rasul-Nya. Ketika itu, perjalanan dakwah terasa sangat panjang. Dia sedar, bahawa takkan mungkin kembali ke garisan mula dengan alasan belum bersedia menghadapi tribulasi, tentangan dan ujian yang menghadang di masa depan. Jika Rasulullah dan para sabahatnya bergaduh mengenai hal tersebut, tentu Perang Badar tidak akan pernah terjadi dan kemenangan yang gemilang itu takkan pernah diraih. Padahal pada waktu itu, beliau dan para sahabatnya hanya menyiapkan kelengkapan untuk menghadang kafilah dagang Abu Sufyan. Bukan untuk menghadapi pasukan perang Quraisy yang lengkap bersenjata.
Selesai menata pasukan di Badar, Rasulullah saw tak henti-henti berdoa kepada Allah. "Ya Allah, penuhilah untukku apa yang Engkau janjikan kepadaku. Ya Allah, sesungguhnya, aku mengungatkan-Mu akan sumpah dan janji-Mu".
Setelah itu, saat pertempuran semakin sengit beliau kembali bermunajat, "Ya Allah, jika pasukan ini hancur pada hari ini, tentu Engkau tidak akan disembah lagi, ya Allah, kecuali jika memang Engkau menghendaki untuk tidak disembah selamanya setelah hari ini."
Ikhwah fillah, inilah bukti sejarah bahawa jika janji dan komitmen seorang da'ie tulus, maka ia tidak akan mundur ketika berada di medan amal. Dia akan terus bertahan, lalu bergerak kembali untuk menyerang. Dia akan menunaikan seluruh amanah dakwah yang ada di belakangnya, untuk menyeru masyarakatnya kembali kepada Allah dan Rasul-Nya. Die menyedari bahawa Allah lah penentu segalanya. Namun, dia pun tidak takut ketika nyawanya harus lepas dari jasad untuk membuktikan janji kepada Tuhan yang menggemgam jiwanya.
teguhkanlah hati kami dalam agama dan ketaatan kepada-Mu.
Teguhkanlah hati dan langkah kami di jalan-Mu
hingga kami menatap wajah-Mu yang agung.
Kami rindu pada-Mu ya Allah.."
Posted by antamuSlim at 5.4.09 1 comments
Wednesday, April 01, 2009
Permasalahan Dakwah
Dakwah ini bukan jalan tol yang lengang tiada halangan. Juga bukan jalan yang indah ditaburi bunga. Sebaliknya, jalan dakwah ini adalah jalan yang panjang, penuh onak dan duri, kerikil-kerikil tajam, tanjakan-tanjakan curam, dan belokan-belokan berliku. Maka, adalah hal yang sangat wajar jika tik ramai manusia yang mahu memijak jalan ini untuk meraih kemenangan sejati.
Dengan demikian, memasuki wilayah dakwah bukan sederhana. Kalau misalnya seorang daie sudah bulat tekad untuk menapaki jalan ini, belum tentu keluarganya: isteri atau suaminya, anak-anaknya, orang tua dan atau mertuanya, juga demikian. Bahkan, tetangga pun kadang kala turut serta dalam rombongan orang-orang yang menentang pilihan langkah sang daie.
Isteri atau suami mana yang bersedia diajak hidup susah? Orang tua atau mertua mana yang tega melihat anak-cucunya menderita? Apalagi dalam keadaan kewangan yang hidup segan mati tak mahu, misalnya, peruntukan dana untuk dakwah malah lebih besar daripada peruntukan dana untuk keperluan harian. Dalam situasi demikian semangat untuk berjihad di jalan Allah-dengan harta dan jiwa menjadi terasa sangat berat.
Padahal Allah berfirman,
"Berangkatlah kamu-berperang di jalan Allah ini dalam keadaan ringan (lapang) maupun berat (sempit). Dan berjihadlah kamu dengan harta dan jiwamu di jalan Allah..." (9:41)
Ertinya, tentangan dakwah yang pertama kali dihadapi seorang dai adalah tentangan internal: Problem diri dan keluarganya. Mengenai perkara ini, Ustaz Rahmat Abdullah rahimahullah membuat gambaran yang sangat menyentuh hati.
''Alkisah, sepasang belia membangun rumah tangga. Lepas walimah, sang suami pun harus berangkat kembali membina kader-kader dakwah. Kerja yang biasa dilakukan hingga larut malam. Malam panjang tanpa suami pun mendera, membungkusnya dalam selimut sunyi lalu melemparnya ke dalam nyala bara yang menghanguskan keindahan hari-hari madu mereka. Perang pun mulai berkecamuk: zauji au da'wati? (Istriku atau dakwahku).
Dengan mantap sang dai merangkum kata menang, 'Adindaku, kita bertemu di jalan dakwah. Allah melimpahkan kebahagiaan kepada kita dengan membimbing langkah kita ke dakwah yang diberkahi-Nya. Haruskah kita meninggalkannya, sesudah kekuatan itu bersatu dan bertambah untuk lebih meningkatkan kontribusi kita bagi dakwah? ]angan kita langgar janji kita kepada-Nya, sehingga keturunan kita kelak akan tercerai-beraikan oleh pengkhianatan kita.'
Tahun-tahun silihberganti. Ketikabayang-bayangkejenuhan dan kepenatan melintas, istri tercintalah yang tak bosan-bosan mengobarkan semangat dakwah dan pantang menyerah. Sampai anak-anak mereka tak punya pikiran menyuruh tamu menelpon di lain waktu karena ayahnya sedang istirahat. Mereka berlomba membangunkannya. Ia jadi yakin, dakwahlah yang membangunkannya bukan anak-anak yang berkolaborasi dengan tamu dan penelpon yang tak tahu etika itu.
Profil yang lain menghadapi hal yang sama: 'Istriku atau dakwahku?' Satu jurus saja ia jatuh. Ketika dievaluasi, ia menangis dan bertekad; hujan, guntur dan badai tak boleh lagi menghalanginya dati tugas dakwah. Dan saat ia telah bersiap melaksanakan tekad dan ikrarnya, tiba-tiba terdengar suara sang mertua, 'Mertuaku atau dakwahku?' Sekali lagi ia tersungkur.
Tahun-tahun berlalu. Kedua profil itu bertemu; yang satu dengan produk dakwah yang penuh berkah yang lain dengan kemurungan, dunia yang membelenggu dan urusan keluarga yang tak kunjung selesai." Pada saat yang sarna, ketakutan akan kekurangan rezeki kadang juga datang menghampiri. Kekhawatiran akan keselamatan diri dan keluarga turut mengancam. Ada seorang aktivis dakwah dari kalangan pegawai negeri sipil, diancammeski secara tidak langsung-oleh atasannya akan dimutasi ke daerah terpencil jika masih aktifikut kegiatan partai. Sang aktivis takut, kalau-kalau ancaman itu serius, bisa-bisa kariernya akan mati. Istrinya menimpali, "Ya, Mas! Berhenti saja ngaji-nya, daripada nanti dipecat, ke mana lagi kita akan mencari pekerjaan?"
Ya, contoh-contoh seperti diungkapkan Al-Ustaz ada dalam dakwah kita. Kerana daie juga manusia, yang punya rasa, punya hati. Ada masanya iman meningkat dan segala ujian dakwah terasa ringan. Tapi ada pula masanya iman menurun, dan semua yang ada di jalan dakwah terasa sebagai beban yang sangat berat. Pada saat seperti itulah syaitan datang menawarkan janji-janji manis bahawa "mundur sejenak" dari jalan dakwah adalah pilihan yang sepenuhnya rasional.
"Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir) . Sedang Allah menjadikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia. Dan Allah Mahaluas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui." (2: 268)
Mereka berkata, seperti orang-orang Badui yang tidak mau ikut ke Hudaibiyah, "syaghalatna amwaluna wa ahwaluna (kami sibuk dengan berbagai urusan pekerjaan dan urusan keluarga)." (Al-Fath:ll) Jika seorang daie berjaya menghadapi semua ujian "domestik" seperti itu, bukan bererti rintangan dakwah sudah habis. Lepas dari tentangan internal dia akan masuk dalam ujian-ujian eksternaI, iaitu derita-derita dakwah yang ditimbulkan oleh orang-orang yang memang tidak suka dakwah ini berkembang, baik dari kalangan non-muslim maupun orang-orang yang bergabung dengan musuh-musuh dakwah dalam tubuh umat Islam sendiri.
Syaikh Musthafa Masyhur mengatakan, tentangan eksternal pertama yang dihadapi seorang daie adalah keengganan manusia dari jalan Allah. Kerana itu, setiap daie wajib mempersiapkan diri untuk menghadapi penolakan masyarakat terhadap dakwahnya. Ia harus benar-benar faham bahwa untuk mendapat sambutan yang menggembirakan atau mencapai hasil yang memuaskan dalam dakwah bukanlah hal yang mudah. Mengapa? Kerana ia mengajak pada sesuatu yang bertentangan dengan hawa nafsu manusia, mengajak untuk meninggalkan tradisi jahiliah yang sudah mendarah daging dalam kehidupan mereka. Bahkan, mengajak untuk melawan thaghut yang selama ini mencekik leher mereka. Tentu saja, itu bukan hal yang ringan bagi mereka.
Dalam hal ini, setiap aktivis dakwah harus sabar dan terus meningkatkan kesabarannya. Walaupun manusia lari dari dakwahnya, ia tidak boleh putus asa. Ambillah teladanvNabi Yunus as. Beliau diberi "pelajaran" oleh Allah dengan dilemparkan ke dalam perut ikan paus karena meninggalkan umatnya yang tidak mau beriman meskipun beliau sudah berdakwah siang malam. Alhamdulillah, setelah mendapat pelajaran dari peristiwa luar biasa-ditelan ikan paus-tersebut, beliau menyedari kesalahannya dan segera kembali pada jalan dakwah dengan sabar, sehingga pada akhirnya umatnya pun beriman. Tentangan eksternal lainnya adalah ejekan, hinaan atau cercaan. Tidak jarang seorang daie yang mengajak umat ini kembali kepada Islam justru dianggap sebagai aneh atau bahkan dituduh sesat dan menyesatkan, meski yang diserukan itu tidak sedikit pun keluar dari Al-Quran maupun As-Sunnah. Istilah-istilah seperti fundamentalis, ekstrem, garis keras, bahkan disejajarkan dengan teroris, adalah yang biasa dialamatkan kepada aktivis dakwah yang istiqamah menyeru manusia kembali ke jalan Allah. Itu semua adalah pasti. Jangankan kita yang manusia biasa, Rasulullah saw. yang ma'shum (terpelihara dari kesalahan dan dosa) saja selalu diejek sebagai orang gila, dituduh berdakwah demi kepentingan dunia, memecah-belah persatuan dan kesatuan bangsa, dan sebagainya.
Bukan sekadar hinaan, rintangan dakwah juga berupa embargo ekonomi, penganiayaan, penyiksaan bahkan pembunuhan dan pengusiran dari kampung halaman. Rasulullah saw. beserta seluruh keluarga bani Hasyim dan bani AI-Muthalib selama tiga tahun diboikot di lembah (syi'b/camp) Abi Thalib. Musuh-musuh dakwah itu membuat piagam perjanjian yang melarang semua elemen masyarakat untuk melakukan akad nikah, berteman, berkumpul, berbicara, bertamu, dan mengadakan transaksi apa pun dengan keluarga beliau (bani Hasyim dan bani AI-Muthalib) secara keseluruhan.
Allah swt. berfirman,
"Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir memikirkan daya upaya untuk menangkapmu, memenjarakanmu, membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah-lah sebaik-baik Pembalas tipu daya." (8: 30)
Kisah Bilal bin Rabah ra., Khabbab bin Al-Arts ra., keluarga Yasir ra., dan kisah lainnya dari generasi sahabat ra. adalah contoh-contoh nyata. Demikian pula yang dialami oleh generasi-generasi sebelumnya seperti bani Israel pada masa Nabi Musa as., generasi ashabul ukhdud, ashabul kahfi dan lainnya, mahupun generasi-generasi sesudahnya hingga hari Kiamat. Di zaman kiwari ini, kita dapat melihat dengan mata kasar, misalnya, bagaimana para aktivis dakwah dari jamaah Ikhwanul Muslimin di Mesir dianiaya dengan sangat tidak manusiawi oleh rejim Jamal Abdul Nasir; dipenjara hingga puluhan tahun, digiring untuk kerja paksa, dimasukkan dalam sel bersama anjing herder yang kelaparan, dicambuki dengan cemeti atau rotan, sehingga tidak sedikit dari mereka yang mati karena siksaan yang teramat kejam, dan sebagainya. Lebih teruk lagi, kekejian itu bukan saja ditimpakan kepada kalangan ikhwan tetapi juga kepada akhawat. Demikian juga ikhwan dan akhawat di Suriah, mereka dibantai tanpa peri kemanusiaan oleh rejim Ba'ats Annushairiyah pimpinan Hafidz Al-Asad.
Mengapa para aktivis dakwah mesti mengalami penyiksaan seperti itu? Bukankah mereka mengajak pada kebenaran, berjuang menegakkan keadilan dan menuntun manusia pada kesejahteraan hidup dunia dan akhirat? Itulah sunnatullah. Tidak seorang pun yang mengajak pada kebenaran dan berjuang menegakkan keadilan kecuali pasti menghadapi tentangan dari para ahli kebatilan dan pendukung-pendukung kezaliman.
Allah swt. berfirman,
"Dan begitulah, telah Kami tetapkan bagi tiap-tiap nabi, musuhmusuh dari para pendosa. Dan cukuplah Tuhanmu menjadi Pemberi petunjuk dan Penolong. " (25:31)
"Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu melainkan karena orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah yang Mahaperkasa lagi Maha Terpuji Yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; dan Allah Maha Menyaksikan segala sesuatu." (85:8-9)
"Sebagai sunnatullah yang berlaku atas orang-orang yang telah terdahulu sebelum kamu, dan sekali-kali kamu tidak akan mendapati perubahan pada sunnatullah." (33: 62)
Walaupun demikian, adalah sunnatullah juga bahawa pada akhirnya dakwahlah yang akan memperoleh kemenangan. Kebenaran dan keadilan akan tegak kokoh di muka bumi. Allah swt. berfirman,
"Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan beramal shalih bahwa Dia benar-benar akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nyauntuk mereka, dan Diabenar-benarakanmenukar (keadaan) mereka, sesudah dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka menyembah-Ku dan tidak menyekutukan Aku dengan sesuatu apa pun. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik." (24:55)
Itulah janji Allah dan janji-janji Allah pasti dipenuhi-Nya.
Allah swt. berfirman,
"Tetapi kepunyaan Allah lah segala urusan itu. Tidakkah rang-orang yang beriman tahu, seandainya Allah menghendaki Dia akan memberi petunjuk kepada manusia semuanya. Dan orangorang kafir senantiasa ditimpa bencana disebabkan perbuatan mereka sendiri atau bencana itu terjadi dekat tempat kediaman mereka, sehingga datanglah janji Allah. Sesungguhnya, Allah tidak pernah menyalahi janji-Nya." (13: 31)
Mahasuci Allah. Segala puji hanya bagi-Nya.
Posted by antamuSlim at 1.4.09 5 comments
Monday, March 23, 2009
Quran Syamil Harfiah
Bersama ana, dijual Al-Quran Syaamil Perkata (Harfiah) dari Indonesia. Size, slightly bigger than A4. Sangat bagus untuk sesiapa yang nak belajar bahasa arab, atau nak hadiahkan kepada kawan, atau nak jadikan hantaran. Stok tersedia, boleh order dan ana terus hantar.
mhma56@gmail.com
0194151055
0192220290
Posted by antamuSlim at 23.3.09 0 comments
Monday, March 16, 2009
Kisah Memerangi Tuhan
Judul kitab Syaikh Nadim Aljisri, Qisshatul Iman menggambarkan satu kisah perjalanan iman. Satu upaya mendekatkan pemikiran kepada ketundukkan diri, bagi mereka yang telah meraih dua perkara: isti'dad (kesiapan) dan hidayah. Selebihnya adalah dunia orang-orang yang tertidur di atas tilam yang sama, dengan mimpi-mimpi yang berbeza. Mimpi-mimpi itu tidak kosong. Ada mimpi yang mempunyai kebenaran, harapan yang mempunyai jawapan, atau 'wahyu' yang berakar pada kebenaran. Kenikmatan iman bagi kaum beriman belum tentu lazat bagi mereka yang ingkar, demikian sebaliknya.
Sikap tidak konsisten terhadap prinsip, keyakinan atau agama, kerap membuahkan fitnah yang membuat orang-orang lemah menjauhkan prinsip, keyakinan atau agama tersebut. Ummat yang malang mengingkari ajaran agamanya hanya kerana tokoh yang seharusnya menjadi teladan telah hilang keteladanan. Mereka bagai anak-anak yang tak mampu membalas 'kezaliman' kawan-kawannya yang lebih kuat, lalu melempiaskan dendamnya pada adik atau ibu.
Kebencian kepada lelaki kerana kekecewaan yang diterima perempuan, atau sebaliknya. Kebencian kepada sebahagian besar sahabat. Kebencian bahkan pengingkaran pada wujud Tuhan yang bertokok dari kemarahan dan dendam yang tak terbalas sesama manusia. Semua ini sangat mencerminkan gejala kejiwaan yang kadang-kadang tak berhenti pada diri, bahkan mendorong kepada polarisasi dan penghutuban. Memang ajaib, kebenaran diukur dengan suka dan benci, gembira dan kecewa.
Sebaliknya, sikap konsisten, jernih dan kritis akan mendekatkan jarak yang jauh dan memudahkan hal yang sukar. Sebahagian besar kita tidak mengerti, tetapi pengertian mereka yang mengerti pun tidak beranjak, tak membangun emosi dan tak membentuk kata hati. Padahal, "...Suatu fikrah akan berjaya apabila: 1. Kuat keyakinan terhadapnya, 2. Terpenuhi keikhlasan menjalankannya, 3. Selalu berkobar semangat memperjuangkannya, 4. Siap sedia berkorban dan beramal mewujudkannya" (Hassan Al-Banna, Risalah Ila's Syabab).
Yang pertama harus dibina ialah keyakinan terhadap fikrah tersebut, hingga mendapat lahan semai yang mendukung. Di era baru pemula dakwah kampus, hanyalah sekelompok anak-anak belia yang prihatin. Mereka terbiasa mengaji ayat-ayat kauniyah, ayat-ayat semesta yang terbentang, cermin keagungan, kekuasaan dan kasih-sayangNya. Pada saat gaung ayat-ayat qauliyah mereka dengar dan huruf-huruf yang sangat indah itu mereka baca, genaplah ketundukan mereka kepada titahNya.
to be continued
Posted by antamuSlim at 16.3.09 0 comments
Thursday, March 05, 2009
Jangan Menikah Kerana..
1. Harta
Tidak ada gunanya hidup bergelimpangan harta tanpa cinta. Harta dapat datang dan pergi setiap saat. "Cinta" yang sesat dan sesaat dapat diperoleh setiap saat, tapi cinta yang sejati tidak dapat dibeli dengan harta..
2. Perasaan Asmara
Rasa tertarik, simpati, naksir, yang merupakan asmara yang sering disalahertikan sebagai cinta. Asmara itu bukan cinta. Asmara dapat cepat berubah oleh rupa, harta, tempat dan keadaan. Asmara itu buta, tidak tahan lama dan tidak tahan uji. Cinta perlu diuji dalam suka dan duka dengan mata terbuka.
3. Rupa Saja
Kecantikan yang diluar memang indah, tapi dapat luntur termakan umur.
Utamakanlah kecantikan yang di dalam.
4. Rasa Iba
lba (rasa kasihan) memang baik dan harus ada dalam hidup kita, tapi tidak boleh menjadi dasar pernikahan. Kasihan dapat habis, tapi kasih tidak berkesudahan. Dasar pernikahan adalah kasih, bukan kasihan...
5. Untuk Kepuasan Sex Saja
Memang sex suci dan penting dalam hubungan suami - istri, namun tidak boleh menjadi tujuan utama dari pernikahan. Sex hanyalah salah satu bagian dari pernikahan. Orang yang hanya mengejar kenikmatan sex akan kecewa dan terjerat oleh kesusahan yang diciptakannya sendiri.
6. Paksaan Keluarga
Seorang anak harus patuh kepada keluarga, namun tidak boleh menyerah dalam hal nikah, kalau mereka memang salah dan anda benar. Berdoalah dan berikanlah penjelasan kepada mereka, jangan dengan kekerasan.
7. Desakan Usia
Bila usia sudah menjelang senja dan rakan-rakan sudah berpasangan, orang akan mulai gelisah (terutama pada wanita). Banyak orang akhimya "asal ada". Hindarilah tindakan tersebut. Sabarlah dan yakinilah bahwa Tuhan sudah menyediakan yang terbaik untuk anda.
8. Untuk Membalas Jasa
Orang yang telah berbuat baik perlu dibalas, tapi jangan dengan pernikahan.
dan merupakan yang terpenting adalah jangan menikah tanpa pengertian dan persiapan dengan tindakan yang nyata.
Menikahlah menurut pola rencana Allah daripada salah dan mengundang derita, lebih baik tidak menikah.
Jika tidak diteguhkan oleh Allah. Karena Allahlah yang menciptakan manusia sepasang - sepasang.
Tanpa persetujuan Allah, tidak mungkin manusia dapat bersatu !
Posted by antamuSlim at 5.3.09 1 comments